Senin, 13 Januari 2014

JANGANLAH MELUKAI HATI RASULULLAH SAW

betapa hinanya manusia hingga berani durhaka tethadap beliau rosulullah saw walaupun hadis riwayat Muslim menyebutkan 
bahwa Rasulullah SAW sendiri menegaskan 
bahwa kedua orang tuanya,ada di neraka. 
Pernyataan Rasul tersebut merespons 
pertanyaan perihal nasib kedua orang tua 
seorang sahabat. “Sesungguhnya, kedua orang 
tuamu dan orang tuaku ada di neraka,” sabda 
Rasul. 
Tetapi, di sisi lain ada satu fakta bahwa kedua 
orang tua Nabi hidup pada masa kevakuman 
seorang nabi dan rasul. Pascameninggalnya 
Nabi Isa AS belum ada lagi sosok Rasul yang 
diutus untuk berdakwah dan membimbing 
segenap umat. Karena itu, mereka yang berada 
pada periode kekosongan risalah itu dinyatakan 
selamat dan tidak mendapat siksa. “Dan Kami 
tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus 
seorang rasul.” (QS al-Isra' [17]: 15). 
Topik ini pun menuai pro dan kontra. Syekh 
Abdullah bin Baz berpandangan bahwa riwayat 
Muslim tersebut autentik dan valid. Tidak 
mungkin Rasul berdusta atas ucapannya 
sendiri (QS an-Najm 1-4). 
Kedua orang tua Rasul akan diminta 
pertanggungjawaban. Apalagi, telah terjadi 
penyimpangan atas ketulusan agama Ibrahim 
AS. Ini berlangsung ketika Amr bin Luhay al- 
Awza'i melakukan penodaan agama Ibrahim. 
Selama menguasai Makkah, Amr mengajak para 
penduduknya untuk menyembah berhala. 
Karena itu, kedua orang tua Rasul, menurut 
Syekh Abdullah bin Baz, termasuk golongan 
kufur. Ini merujuk pula pada hadis riwayat 
Muslim yang mengisahkan bahwa Allah SWT 
melarang Rasul mendoakan keselamatan 
keluarganya, tak terkecuali ayahandanya, 
Abdullah bin Abdul Muthalib, dan ibundanya, 
Aminah. 
Namun Lembaga Fatwa Mesir, Dar al-Ifta, 
menyanggah keras pernyataan Syekh Abdullah 
bin Baz tersebut. Menurut lembaga yang 
pernah dipimpin oleh Mufti Agung Syekh Ali 
Juma'h itu, pernyataan bahwa kedua orang tua 
Rasul termasuk kufur dan akan menghuni 
neraka merupakan bentuk arogansi dan 
ketidaksopanan. 
Justru fakta kuat mengatakan, kedua orang 
Rasul akan selamat dan bukan termasuk 
penghuni neraka. Pendapat ini menjadi 
kesepakatan mayoritas ulama. Tak sedikit 
ulama yang secara khusus menulis risalah 
sederhana untuk menjawab kegamangan 
menyikapi topik ini. 
Imam as-Suyuthi mengarang dua kitab 
sekaligus untuk menguatkan fakta bahwa orang 
tua Muhammad SAW akan selamat. Kedua 
kitab itu bertajuk Masalik al-Hunafa fi Najat 
Waliday al-Musthafa dan at-Ta'dhim wa al- 
Minnah bi Anna Waliday al-Mushthafa fi al- 
Jannah. 
Selain kedua kitab tersebut, ada deretan karya 
lain para ulama, seperti ad-Duraj al-Munifah fi 
al-Aba' as-Syarifah, Nasyr al-Alamain al- 
Munifain fi Ihya al-Abawain as-Syarifain, al- 
Maqamah as-Sundusiyyah fi an-Nisbah al- 
Musthafawiyyah, dan as-Subul al-Jaliyyah fi 
al-Aba' al-Jaliyyah. Masih banyak kitab lain 
yang membantah dugaan bahwa orang tua 
Rasul akan masuk neraka. 
Dar al-Ifta memaparkan, mengacu ke deretan 
kitab tersebut, kedua orang tua Rasul hidup 
pada masa fatrah atau kekosongan risalah. 
Ketika itu, dakwah tidak sampai pada 
masyarakat Makkah. Ulama ahlussunnah 
sepakat, mereka yang hidup pada periode 
kevakuman risalah itu dinyatakan selamat. Ini 
merujuk pada ayat ke-15 surah al-Isra' di atas. 
Sekalipun keduanya akan melalui ujian 
melintasi jembatan shirath, seperti halnya 
umat lainnya maka keduanya termasuk 
golongan yang taat. “Berbaiksangkalah kedua 
orang tua Rasul merupakan golongan taat saat 
ujian melintasi jembatan,” kata Imam Ibn 
Hajar al-Asqalani, seperti dinukilkan oleh Dar 
al-Ifta' 
Tuduhan bahwa keduanya termasuk kaum 
musyrik yang menyekutukan Allah dengan 
berhala, tidak benar. Abdullah dan Aminah 
tetap konsisten dalam keautentikan agama 
Ibrahim, yaitu tauhid. Fakta kesucian 
keyakinan kedua orang tua Rasul ini dikuatkan 
antara lain oleh Imam al-Fakhr ar-Razi dalam 
kitab tafsirnya Asrar at-Tanzil kala 
menafsirkan ayat ke 218-219 surah as- 
Syu'ara . 
Imam as-Suyuthi menambahkan, dalil lain 
tentang fakta bahwa garis keturunan Rasul 
yang terdekat terjaga dari aktivitas 
penyimpangan akidah. Ini seperti ditegaskan 
hadis bahwa Rasululllah dilahirkan dari garis 
nasab yang istimewa dan terpilih yang 
konsisten terhadap tauhid. 
Imam as-Suyuthi kembali menerangkan soal 
hadis Muslim pada paragraf pertama. 
Tambahan redaksional “Dan ayahku di neraka” 
sangat kontroversial di kalangan pengkaji 
hadis. Para perawi tidak sepakat tambahan 
tersebut. Sebut saja al-Bazzar, at-Thabrani, 
dan al-Baihaqi yang lebih memilih tambahan 
redaksi “Jika engkau melintasi kuburan orang 
kafir maka sampaikan berita neraka” 
dibanding, imbuhan bermasalah tersebut. 
Arogansi 
Ada banyak argumentasi yang membantah 
dugaan bahwa kedua orang tua Rasul akan 
masuk neraka. Semestinya, tuduhan tersebut 
tidak ditudingkan kepada ayahanda dan ibunda 
Rasul yang terhormat. Karena, itu adalah 
bentuk arogansi terhadap Rasul. 
Qadi Abu Bakar Ibn al-Arabi pernah ditanya 
soal topik serupa. Tokoh bermazhab Maliki ini 
pun menjawab, bila soal itu direspons dengan 
jawaban bahwa keduanya masuk neraka maka 
terlaknatlah orang yang menjawab demikian. 
Menganggap keduanya ahli neraka adalah 
bentuk melukai perasaan Rasul. “Tak ada 
penganiayan lebih besar ketimbang menyebut 
kedua orang tua Muhammad SAW penghuni 
neraka,” kata Ibn al-Arabi. 
Ia pun mengutip ayat, “Sesungguhnya orang- 
orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. 
Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat 
dan menyediakan baginya siksa yang 
menghinakan.” (QS al-Ahzab [33]:57). 
Reaksi keras juga ditunjukkan oleh Khalifah 
Umar bin Abdul Aziz. Ketika itu, ia 
menginstruksikan pegawainya agar 
mengutamakan para pegawai yang kedua orang 
tuanya Muslim dan berasal dari etnis Arab. 
Dengan spontan, sang pegawai menjawab 
instruksi tersebut dan mengatakan, “Memang 
masalah? Bukankah kedua orang tua 
Rasulullah non-Muslim?” Sang Khalifah 
marah besar. Ia pun langsung memberhentikan 
pegawainya tersebut agar menjadi pelajaran 
bagai semua dan tidak sembarangan bicara. 
Atas dasar inilah, seyogianya tidak mudah 
menjustifikasi status kedua orang tua Rasul. 
Mantan Mufti Dar al-Ifta, Syekh Muhammad 
Bakhit al-Muthi'I, mengimbau supaya umat 
berhati-hati. Tuduhan kekufuran Abdullah dan 
Aminah salah besar dan pelakunya berdosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar