Bismillahirahmanirahim, Qola Mu'alif
Rohimakumullah Wa'anfaana Fi 'ulumihi
Fidaroini Amin.
Maqolah 1
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya
Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak
ada sesuatu yang lebih utama dari dua
perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah
dan berbuat kebajikan kepada sesama
muslim). Baik degan ucapan atau
kekuasaannya atau dengan hartanya atau
dengan badannya.
RasuuluLlah SAWW bersabda, (barang siapa
yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai
niat untuk menganiaya terhadap seseorang
maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. Dan barang siapa pada waktu
pagi hari memiliki niat memberikan
pertolongan kepada orang yang dianiaya
atau memenuhi hajat orang islam, maka
baginya mendapat pahala seperti pahala
hajji yang mabrur).
Dan Nabi SAW bersabda (Hamba yang
paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Dan
amal yang paling utama adalah
membahagiakan hati orang mukmin dengan
menghilangkan laparnya, atau
menghilangkan kesusahannya, atau
membeyarkan hutangnya. Dan ada dua
perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk
dari dua tersebut yaitu syirik kepaad Allah
dan mendatangkan bahaya kepada kaum
muslimin).
Baik membahayakan atas badannya, atau
hartanya. Karena sesungguhnya semua
perintah Allah kembali kepada dua masalah
tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat
baik kepada makhluknya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Dan firman Allah Ta’ala
Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan
kepada kedua orang tuamu.
Maqolah 2
Nabi SAW bersabda, (wajib bagi kamu
semua untuk duduk bersama para ‘Ulama)
artinya yang mengamalkan ilmunya, (dan
mendengarkan kalam para ahli hikmah)
artinya orang yang mengenal Tuhan.
(Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan
menghidupkan hati yang mati dengan
cahaya hikmah-ilmu yang bermanfaat-
sebagaimana Allah menghidupkan bumu
yang mati dengan air hujan). Dan dalam
riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah
“Duduklah kamu dengan orang dewasa, dan
bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan
berkumpulah kamu dengan para ahli
hikmah” dan dalam sebuah riwayat,
“duduklah kamu degan para ulama, dan
bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya
Ulama itu ada dua macam, 1. orang yang
alim tentang hukum-hukum Allah, mereka
itulah yang memiliki fatwa, dan 2. ulama
yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah
para hukama’ yang dengan bergaul dengan
mereka akan dapat memperbaiki akhlak,
karena sesungguhnya hati mereka telah
bersinar sebab ma’rifat kepada Allah
demikian juga sirr / rahasia mereka telah
bersinar disebabkan nur keagungan Allah.
Telah bersabda Nabi SAW, akan hadir suatu
masa atas umatku, mereka menjauh dari
para ulama dan fuqaha, maka Allah akan
memberikan cobaan kepada mereka dengan
tiga cobaan, 1. Allah akan menghilangkan
berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim
kepada mereka penguasa yang zalim 3.
Mereka akan keluar meninggalkan dunia
tanpa membawa iman kepada Allah Ta’ala
Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah 3
Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA (Barang siapa
yang memasuki kubur tanpa membawa
bekal yaitu berupa amal shalih maka
keadaannya seperti orang yang
menyeberangi lautan tanpa menggunakan
perahu). Maka sudahlah pasti ia akan
tenggelam dengan se tenggelam-
tenggelamnya dan tidak mungkin akan
selamat kecuali mendapatkan pertolongan
oleh orang-orang yang dapat
menolongnya.. sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat
yang meninggal itu, melainkan seperti
orang yang tenggelam yang meminta
pertolongan.
Maqolah 4
Dari ‘Umar RA, -dinukilkan dari Syaikh
Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya
Nabi SAW bertanya kepada Jibril AS,
‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan
sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab, ‘Jika
saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-
tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan
uckup melukiskan sifat kebaikannya.
Kemudian Nabi bersabda, beritahukan
kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka
Jibril menjawab, ”’Umar hanyalah satu
kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar
RA.
‘Umar RA berkata, (kemuliaan dunia dengan
banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat
adalah dengan bagusnya amal). Maksudnya,
urusan dunia tidak akan lancar dan sukses
kecuali dengan dukungan harta benda.
Demikian pula perkara akhirat tidak akan
menjadi sempuran kecuali dengan amal
perbuatan yang baik.
Maqolah 5
Dari ‘Utsman RA. (menyusahi dunia akan
menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat
akan menerangkan hati). Artinya,
menyusahi urusan yang berhubungan
dengan urusan dunia maka akan menjadikan
hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara
yang berhubungan dengan urusan akhirat
akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa
Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar
perkara yang kami susahi, dan bukan pula
puncak ilmu kami.
Maqolah 6
Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah.
(Barang siapa yang mencari ilmu maka
surgalah sesungguhnya yang ia cari. Dan
barang siapa yang emncari ma;siyat maka
sesungguhnya nerakalah yang ia cari)
Artinya barang siapa yang menyibukkan diri
denagn mencari ilmu yang bermanfaat,
yang mana tidak boleh tidak bagi orang
yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka
pada hakekatnya ia mencari surga dan
mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa
yang menginginkan ma’siyat, maka pada
hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan
kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah 7
Dari Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan
durhaka kepada Allah orang-orang yang
mulia) yaitu orang yang baik tingkah
lakunya Yaitu mereka yang memuliakan
dirinya dengan menghiasinya dengan taqwa
dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak
akan memilih dunia dari pada akhirat
orang-orang yang bijaksana) Artinya orang
bijak / hakiim tidak akan mendahulukan
atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah
orang yang mencegah dirinya dari pada
bertentangan dengan kebenaran akal
sehatnya.
Maqolah 8
Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah Abu
Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA. (Barang
siapa yang bermodalkan taqwa, maka
kelulah lidah untuk menyebutkan sifat
keberuntungannya dan barang siapa yang
bermodalkan dunia, maka kelulah lidah
untuk menyebut sebagai kerugian dalam
hal agamanya). Artinya barang siapa yang
bermodalkan taqwa dengan melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya
dimana dasar dari amal perbuatannya
adalah selalu bersesuaian dengan syari’at,
maka baginya pasti mendapatkan kebaikan
yang sangat besar tanpa dapat dihitung
dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang
perbuatannya selalu berseberangan dengan
hukum syari’at, maka baginya kerugian
yang sangat besar bahkan lidahpun sampai
tidak dapat menyebutkannya.
Maqolah 9
Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri, beliau
adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap
ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat
yaitu keinginan yangteramat sangat akan
sesuatu maka dapat diharapkan akan
mendapat ampunanNya. Dan setiyap
ma’siyat yang timbul dari takabur atau
sombong yaitu mendakwakan diri lebih
utama atau mulia dari yang lain , maka
maksiyat yang demikian ini tidak dapat
diharapkan akan mendapat ampunan dari
Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari
ketakaburannya yang tidak mau hormat
kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah
dimana ia menganggap dirinya lebih mula
dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari
tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari
api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya yang
teramat sangat untuk memakan buah yang
dilarang oleh Allah untuk memakannya.
Maqolah 10
Dari sebagian ahli zuhud yaitu mereka yang
menghinakan kenikmatan dunia dan tidak
peduli dengan nya akan tetapi mereka
mengambil dunia sekedar dharurah/darurat
sesuai kebutuhan minimumnya. (Barang
siapa yang melakukan perbuatan dosa
dengan tertawa bangga, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam neraka dalam
keadaan menangis- karena seharusnya ia
menyesal dan memohon ampunan kepada
Allah bukannya berbangga hati. Dan barang
siapa yang ta’at kepada Allah dengan
menangis- karena malu kepada Allah dan
Takut kepadaNya karena merasa banyak
kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya
Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam
surga dalam keadaan tertawa gembira. )
dengan sebenar-benar gembira karena
mendapatkan apa yang menjadi tujuannya
selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11 Maqolah ke sebelas : dari
sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah
kamu menyepelekan dosa yang kecil) kerana
dengan selalu menjalankannya maka lama
kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi dosa
besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu
ada pada dosa yang kecil-kecil.
Maqolah 12
Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk dosa
kecil apabila dilakukan secara terus
menerus) karena dengan dilakukan secara
terus menerus, maka akan menjadi
besarlah ia. (Dan tidaklah termasuk dosa
besar apabila disertai dengan taubat dan
istighfar) Yaitu taubat dengan syarat-
syaratnya. Karena sesungguhnya taubat
dapat menghapus bekas-bekas dosa yang
dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut
dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh
Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah 13
(Keinginan orang arifiin adalah memujiNya)
maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat
adalah memuji Allah Ta’ala dengan
keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan
orang-orang zuhud adalah do’a kepadaNya)
yaitu permintaan kepaad Allah sekedar
hajat kebutuhannya dari du nia dengan
segenap hatinya, dimana yang dimaksud
do’a adalah meminta dengan merendahkan
diri kepadaNya dengan memohon diberi
kebaikan kepadanya. (Karena keinginan
orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya
bukanlah pahala ataupun surga) sedangkan
keinginan orang zuhud adalah untuk
kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk
kemanfatan dirinya dari pahala dan surga
yang didapatkannya. Maka demikianleh
perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang
cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.
Maqolah 14
(diriwayatkan dari sebagian hukama’) yaitu
orang yang ahli mengobati jiwa manusia,
dan mereka itulah para wali Allah. -(Barang
siapa yang menganggap ada pelindung
yang lebih utama dari Allah maka sangat
sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah)
Maknanya adalah barang siapa yang
menganggap ada penolong yang lebih dekat
daripada pertolongan Allah, maka maka
sesungguhnya dia belul mengenal Allah.
(Danbarang siapa yang menganggap ada
musuh yang lebih berbahaya daripada
nafsunya sendiri, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya tentang
nafsunya) Artinya adalah brang siapa yang
berperasangka ada musuh yang lebih kuat
dari pada hawa nafsunya yang selalu
mengajak kepada kejahatan, maka
sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya akan
hawa nafsunya sendiri.
Maqolah 15
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Menafsiri
firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah
nyatalah kerusakan baik di daratan maupun
di lautan, maka beliau memberikan
tafsirannya (Yang dimaksud Al-Barr/
daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr / lautan
adalah hati). Apabila lisan telah rusak
dikarenakan mengumpat misalnya, maka
akan menangislah diri seseorang / anak
cucu adam. Akan tetapi apabila hati yang
rusak disebabkan karena riya’ misalnya,
maka akan menangislah malaikat. Dan
diperumpamakan hati/qalb dengan lautan
adalah dikarenkan sangat dalmnya hati itu.
Maqolah 16
(Dikatakan, karena syahwat maka seorang
raja berubah menjadi hamba sahaya/budak)
karena sesungguhnya barang siapa yang
mencintai sesuatu maka ia akna menjadi
hamba dari sesuatu yang dicintainya. (dan
sabar akan membuat seorang hamba
sahaya berumab menjadi seorang raja)
karena seoang hamba dengan kesabarannya
akan memperoleh apa yang ia inginkan.
(apakah belum kita ketahui kisah seorang
hamba yang mulia putra seorang yang
mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina
Yusuf AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub yang
penyabar, putera Ishaq yang penyayang,
putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan
Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat
cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan
Sayyidina Yusuf bersabar dengan
tipudayanya.
Maqolah 17
(Beruntunglah orang yang menjadikan
akalnya sebagai pemimpin) dengan
mengikuti petunjuk akalnya yang sempurna
(sedangkan hawa nafsunya menjadi
tahanan) (dan celakalah bagi orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai
penguasanya, dengan melepaskannya
dalam menuruti apa yang di inginkannya,
sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu
akal tersebut terhalang untuk memikirkan
ni’mat Allah dan keagungan ALlah).
Maqolah 18
(Barang siapa yang meninggalkan
perbuatan dosa, maka akan lembutlah
hatinya), maka hati tersebut akan senang
menerima nasihat dan ia khusyu’/
memperhatikan akan nasihat tersebut.
(Barang siapa yang meninggalkan sesuatu
yang haram) baik dalam hal makanan,
pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan
sesuatu yang halal maka akan jerniglah
pikirannya) didalam bertafakur tentang
semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk
akan adanya Allah Ta’ala yang
menghidupkan segala sesuatu setelah
kematiannya demikian pula menjadi
petunjuk akan keEsaan Allah dan
kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang
demikian ini terjadi apabila ia
mempergunakan fikirannya dan melatih
akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala
yang menciptakan dia dari nuthfah di
dalam rahim, kemudian menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging,
kemujdian Allah menjadikan tulang dan
daging dan urat syaraf serta menciptakan
anggota badan baginya. Kemudian Alah
memberinya pendengaran, penglihatan dan
semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari
dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham
untuk menyusu ibunya, dan Allah
menjadikannya pada awwal kejadian
dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah
menumbuhkan gigi tersebut untuknya,
kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut
pada usia 7 tahun kemudian Allah
menumbuhkan kembali gigi tersebut.
Kemudian Allah menjadikan keadaan
hambanya selalu berubah dari kecil
kemudian tumbuh menjadi besar dan dari
muda berubah menjadi tua renta dan dari
keadaan sehat berubah menjadi sakit.
Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya
pada setiap hari mengalami tidur dan jaga
demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya
manakala ia tanggal maka akan tumbuh
lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu
bergantian, apabila hilang yang satu maka
akan disusul dengan timbulnya yang lain.
Demikian pula dengan adanya matahari,
rembulan, bintang-bintang dan awan dan
hujan yang semuanya datang dan pergi.
Demikian pula bertafakur tentang rembulan
yang berkurang pada setiap malamnya,
kemudian menjadi purnama, kemudian
berkurang kembali. Seperti itu pula pada
gerhana matahari dan rembulan ketika
hilang cahayanya keudian cahaya itu
kembali lagi. Kemudian berfikir tentang
bumi yang
gersang lagi tandus maka Allah
menumbuhkannya dengan berbagai macam
tanaman, kemudian Allah menghilangkan
lagi tanaman tersebut kemudian
menumbuhkannya kembali. Maka kita akan
dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat
yang mampu berbuat yang sedemikian ini
tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu
yang telah mati. Maka wajib bagi hamba
untuk selalu bertafakur pada hal yang
demikian sehingga menjadi kuatlah imannya
akan hari kebangkitan setelah kematian,
dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti
membangkitkannya da membalas segala
amal perbuatannya. Maka dengan seberapa
imannya dari hal yang demikian yang
membuat kita bersungguh-sungguh
melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah 19
Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi
( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku
perintahkan dan janganlah bermaksiyat
kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan
kepadamu). Artinya dari nasihat yang
dengannya seorang hamba akan
mendapatkan kebaikan dan dengan apa
yang dilarang maka seorang hamba akan
tehindar dari kerusakan.
Maqolah 20
(Dikatakan sesungguhnya kesempurnaan
akal adalah mengikuti apa yang diridhai
Allah dan meninggalkan apa yang dimurkai
Allah). artinya apa saja yang tidak seperti
konsep di atas adalah kegilaan / tak
berakal.
Maqolah 21
(Tidak ada keterasingan bagi orang yang
mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang
terhormat bagi orang-orang yang bodoh ).
Artinya seseorang yang bersifat memiliki
ilmu dan amal maka sesungguhnyania akan
dihormati diantarea manusia di mana saja
berada. Oleh karena itu di mana saja
berada layaknya mereka seperti di negeri
sendiri dan dihormati. Sebaliknya orang
yang bodoh adalah kebalikannya meskipun
di negeri sendiri mereka merasa asing.
Maqolah 22
Barang siapa yang baik dalam keta’atannya
kepada Allah maka dia akan terasing
diantara manusia). Artinya orang yang
merasa cukup dengan menyibukkan seluruh
waktunya untuk ta’at kepadan Allah maka
ia akan terasing diantara manusia.
Maqolah 23
(Dikatakan bahwa gerakan badan
melakukan keta’atan kepada ALlah adalah
petunjuk tentang kema’rifatan seseorang
sebagaimana gerakan anggota badan
menunjukkan / sebagai dalil adanya
kehidupan di dalamnya). Artinya, bahwa
ekspresi ketaatan serang hamba dalam
menjalankan perintah Allah maka yang
demikian itu adalah petunjuk /a dalil
kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila
banyak amal ta’at maka menunjukkan
bahwa banyak pula ma’rifatnya kepada
Allah dan apabila sedikit ta’at, maka
menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena
sesungguhnya apa yang lahir merupakan
cermin dari apa yang ada di dalam bathin.
Maqolah 24
Nabi SAW bersabda, (Sumber segala
perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan
yang dimaksud dari dumia adalah sesuatu
yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan
sumber segala fitnah adalah mencegah /
tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan
tidak mau mengeluarkan zakat).
Maqolah 25
(Mengaku merasa kekurangan dalam
melakukan ta’at adalah selamanya terpuji
dan mengakui akan kekurangan /
kelemahan dalam melakukan ta’at adalah
tanda-tangda diteimanya amal tersebut)
karena dengan demikian menunjukkan tidak
adanya ujub dan takabur di dalamnya.
Maqolah 26
(Kufur ni’mah adalah tercela) maksudnya
adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat
menunjukkan rendahnya nafsu. (dan
berteman dengan orang bodoh) yaitu orang
yang menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya padahal ia mengetahui akan
keburukan sesuatu tersebut. (adalah
keburukan) yaitu tidak membawa berkah .
Oleh karena itu janganlah berteman
dengannya disebabkan karena buruknya
akhlak / keadaan tingkah lakunya karena
sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.
Maqolah 27
Disebutkan dalam syair….Wahai yang
disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya
angan-angan telah menenggelamkan
mereka Bukankah mereka selalu dalam
keadaan lupa – kepada Allah Hingga
dekatlah ajal bagi mereka Sesungguhnya
kematian datangnya mendadak Dan kubur
adalah tempat penyimpanan amal.
Addailamy meriwayatkan hadits dari
RasuluLlah SAW yang bersabda,
“Meninggalkan kenikmatan dunia lebih pahit
dari pada sabar, dan lebih berat daripada
memukulkan pedang di jalan Allah. Dan
tiada sekali-kali orang mahu meninggalkan
kenikmatan dunia melainkan Allah akan
memberi sesuatu seperti yang diberikan
kepadapara Syuhada’. Dan meninggalkan
kenikmatan dnia adalah dengan
menyedikitkan makan dan kekenyangan,
dan membenci pujian manusia karena
sesungguhnya orang yang suka di puji oleh
manusia adalah termasuk mencintai dunia
dan kenikmatannya. Dan barang siapa
menginginkan kenikmatan yang
sesungguhnya maka hendaklah ia
meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian
dari manusia”.
Dan Ibnu Majah telah meriwayatkan
sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda,
“Barang siapa yang niatnya adalah untuk
akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan
kekuatan baginya dan Allah membuat
hatinya menjadi kaya, dan dunia akan
mendatanginya dalam keadaan hina. Dan
barang siapa yang niatnya dunia maka Allah
akan menceraiberaikan segala urusannya,
dan Allah menjadikan kefakiran di depan
kedua belah matanya dan tiadalah dunia
akan mendatanginya kecuali apa yang telah
tertulis untuknya”.
Maqolah 28
Dari Aby Bakr Asy-Syibly RahimahuLlahu
Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad,
berkawan dengan Syaikh Abul Qasim
Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid
beliau, dan beliau hidup hingga usia 87
tahun, wafat pada tahun 334 H dan
dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau
termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif
biLlah. Beliau berkata di dalam
munajatnya :
Wahai Tuhanku…
Sesungguhnya aku senang
Untuk mempersembahkan kepadaMu
semua kebaikanku
Sementara aku sangat faqir dan lemah
Oleh karena itu wahai Tuhanku,
Bagaimana Engkau tidak senang
Untuk memberi ampunan kepadaku atas
segala kesalahanku
Sementara Engkau Maha Kaya
Karena sesungguhnya keburukanku
tidak akan membahayakanMu
Dan kebaikanku tidaklah memberi
manfaat bagiMu
Dan sesungguhnya sebagian orang yang
mulia telah memberikan ijazah agar dibaca
setelah melaksanakan shalat Jum’at 7 kali
dari bait syair sebagai berikut:
Ilahy lastu lil firdausi ahla
Walaa aqway ‘ala naaril jahiimi
Fahably zallaty wahfir dzunuuby
Fa innaka ghaafirul dzanbil ‘adziimi
Wa ‘aamilny mu’aamalatal kariimi
Watsabbitny ‘alan nahjil qawwimi
(Hikayat) Sesungguhnya Syaikh Abu Bakr
As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid.
Maka segeralah Ibnu Mujaahid mendekati
As-Syibly dan mencium tempat diantara
kedua mata beliau. Mmaka ditanyakanlah
kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya
yang demikian, dan beliau berkata,
“Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW
di dalam tidur dan sungguh beliau SAW
telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly.
Ketika itu berdirilah Nabi SAW di depan as-
Syibly dan beliau mencium antara kedua
mataAs-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa
RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat
yang demikian terhadap As-Syibly ?’.
RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar, sesungguhnya dia tidak sekali-kali
mengerjakan shalat fardhu melainkan
setelah itu membaca Laqad jaa a kum
Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi
maa ‘anittum chariisun ‘alaikum bil
mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau
faqul chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa
‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil
‘adziim….setelah itu dia /As-Syibly
mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika
Yaa Muhammad”. Kemudian aku tanyakan
kepada As-Syibli mengenai apa yang
dibacanya setelah shalat fardhu, maka
beliau menjawab seperti bacaan tadi….
Maqolah 29
Telah berka Asy-syibly, “Apabila engkau
menginginkan ketenangan bersama Allah,
maka bercerailah dengan nafsumu.” Artinya
tidak menuruti apa yang menjadi
keinginannya. Telah ditanyakan keadaan
Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau
wafat, maka beliau menjawab,’ Allah Ta’ala
berfirman kepadaku,’Apakah engkau
mengetahui dengan sebab apa Aku
mengampunimu ?’
Maka aku menjawab, ‘Dengan amal baikku”.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan ikhlas dalam
ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab,’Dengan hajiku dan
puasaku ?’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan hijrahku
mengunjungi orang-orang shaleh untuk
mencari ilmu“.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya, ‘Wahai Tuhanku, kalau
begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala menjawab, ‘Apakah engkau
ingat ketika engkau berjalan di Baghdad
kemudian engkau mendapati seekor anak
kucing yang masih kecil dan lemah karena
kedinginan, dan ia emnggigil karenanya.
Kemudian engkau mengambilnya karena
rasa kasihan kepada anak kucing itu dan
engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab, ‘Ya’.
Maka berfirmanlah Allah Ta’ala, ‘Dengan
kasih sayangmu kepada anak kucing yang
masih kecil itulah Aku menyayangimu’.
Maqolah 30
Telah berkata Asy-Syibli, “Jika engkau telah
merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah
– dekat dengan Allah SWT) niscaya engkau
akan mengerti rasa pahitnya perpisahan
(Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala) .
karena sesungguhnya berjauhan dari Allah
SWT merupakan siksaan yang besar bagi
AhluLlah ta’ala. Dan termasuk salah satu
dari do’a SAW adalah ,”Allahummarzuqny
ladzatan nadzari ilaa wajhiKal Kariim,
wasyauqu ilaa liqaaiK”. (Yaa Allah
berikanlah kepadaku kelezatan dalam
memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa
rindu untuk bertemu dengan-Mu)
Maqolah 31
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya
Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada
waktu pagi hari (memasuki waktu subuh)
dalam keadaan mengadu kepada manusia
tentang kesulitan hidupnya, maka
seakanakan ia telah mengadukan Tuhannya.
“. Sesungguhnya pengaduan selayaknya
hanya kepada Allah karena pengaduan
kesulitan hidup kepada Allah termasuk do’a.
adapun mengadu kepada manusia
menunjukkan tidak adanya ridha dengan
pembagian Allah Ta’ala sebagaimana
diriwayatkan dari AbdiLlah bin Mas’ud RA,
telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah
kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang
diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan
bersama bani israil ?“. kami semua
menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”.
RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah
kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal
Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa
haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil
‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji hanya
untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat
mengadu, dan Engkaulah Penolong dan
tiada daya upaya dan kekuatan melainkan
dengan pertolongan Allah Dzat Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah
Al-A’masy, Tidaklah kami pernah
meninggalkan membaca kalimat tersebut
sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-
Asady Al kuufy.
Barang siapa pada waktu pagi hari berduka
atas perkara duniawi, maka sesungguhnya
ia telah marah kepada tuhannya. Artinya,
barang siapa yang bersedih karena urusan
dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada
Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan
qadha’ (takdir Allah) dan tidak bersabar
atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan
kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa
saja yang terjadi di dunia ini adalah atas
qadha Ilahi Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.
Dan barang siapa yang merendahkan diri
kepada orang kaya karena melihat
kekayaannya, maka hilanglah 2/3
agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya
penghormatan manusia kepada orang lain
adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya
bukan karena kekayaannya. Karena
sesungguhnya orang yang memuliakan
harta, sesungguhnya ia telah menyia-
nyiakan ilmu dan amal shaleh. Telah
berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al-
Jailany RA, “Tidak boleh tidak bagi seorang
muslim pada setiap keadaannya selalu
dalam tiga keadaan, yangpertama
melaksanakan perintah, kedua menjauhi
larangan, dan ketiga ridha dengan
pembagian Tuhan.” Dan kondisi minimal
bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas
dari salah satu dari tiga keadaan tersebut
di atas, 32. telah berkata Sayidina Aby
Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara yang
tidak akan dapat diperoleh dengan tiga
perkara lainnya. Artinya ada tiga perkara,
dimana tiga perkara tersebut tidak akan
dapat diperoleh dengan tiga perkara, yaitu
yang pertama Kekayaan dengan hanya
berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan
tidak dapat diperoleh hanya dengan
berangan-angan akan tetapi dengan
pembagian dari Allah. yang ke dua Muda
dengan bersemir. Maka tidak akan dapat
diperoleh kemudaan usia hanya dengan
menyemir rambut dan lain sebagainya.
Yang ketiga, Kesehatan dengan obat-
obatan.
Maqolah 32
Dari Abu Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara
tidak dapat di capai/didapatkan dengan
tiga perkara lainnya : 1. Kekayaan dengan
angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu
dapat diperoleh hanya dengan berangan-
angan tanpa kerja nyata, dan pembagian
dari Allah. 2. Muda usia dengan semir.
Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan
menjadi muda hanya karena disemirnya
rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang
yang sudah bertambah usia (tua) tidaklah
mungkin berubah menjadi muda kembali
meskipun dengan rambut disemir atau yang
lainnya. Dan umur akan terus berjalan
hingga akhirnya habislah umur itu kembali
menghadap sang Khaliq. 3. Dan kesehatan
dengan menggunakan obat-obatan. Artinya
kesehatan tidak dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi obat-obatan akan tetapi
sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga
diri dengan makanan yang halal dan olah
raga secara teratur serta rajin beribadah.
Maqolah 33
Dari Sahabat Umar RA, “bersikap kasih
sayang dengan manusia adalah setengah
dari sempurnanya aka”l. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani
dan Baihaqi dari Jabir bin abdiLlah dari
Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik
terhadap manusia adalah shadaqah”.
Artinya berperilaku yang baik terhadap
manusia melalui ucapan dan perbuatan
pahalanya sama dengan orang yang
bersedekah. Dan sebagian dari suritauladan
Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan
adalah beliau tidak pernah mencela
makanan dan menghardik pelayan dan tidak
pernah memukul wanita termasuk isteri
beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku
yang baik ini adalah meninggalkan
kesenangan duniawi karena tuntutan
agama. Dan rajn bertanya (kepada Ulama)
adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu
akan dipeorleh apabila kita rajin bertanya
terhadap segala sesuatu yang kita tidak
tahu. Dan rajin bekerja adalah setengah
dari penghidupan. Karena dengan rajin
bekerja kita akan memperoleh rizki sebagai
bekal untuk kelangsungan hidup kita.
Maqolah ke 37
Dari Nabi Dawud AS, Diwahyukan di dalam
kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang
berakal untuk tidak menyibukkan diri kecuali
dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan bekal untuk perjalanan
ke akhirat.
2. Bergaul dengan pergaulan yang baik.
3. Bekerja dengan baik mencari rizki yang
halal untuk bekal ibadah kepada Allah
karena mencari rizki yang halal adalah
wajib hukumnya.
Maqolah ke 38
Dari Abu Hurairah RA. Nama beliau adalah
AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata,
telah bersabda Naby SAW Ada tiga perkara
yang menyelamatkan (dari adzab), tiga
perkara yang merusakkan (membawa orang
kepada kerusakannya), tiga perkara
meningkatkan derajat (beberapa tingkatan
di akhirat), tiga perkara menghapuskan
dosa. Adapun tiga yang menyelamatkan
adalah:
1. Takut kepada Allah dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan.
2. Sedang dalam faqir dan kekayaan.
3. Seimbang dalam ridha dan marah (yaitu
Ridha karena Allah dan marah karena
Allah).
Adapun (tiga) yang merusakkan adalah:
1. bakhil yang bersangatan (dengan tidak
mau memberikan apa yang menjadi hak
Allah dan haq makhluk). Dalam riwayat lain
bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila
sifat bakhil itu ada dalam diri seseorang
akan tetapi tidak diperturutkan, maka
tidaklah yang demikian ini merusakkan
karena sifat bakhil adalah sifat yang lazim
ada pada manusia).
2. Hawa nafsu yang selalu diikuti.
3. Dan herannya (‘ujub) manusia terhadap
diri sendiri. (Artinya seseorang memandang
dirinya dengan pandangan kesempurnaan
dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah
Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya
ni’mat itu).
Adapun yang meninggikan derajat adalah:
1. Menebarkan salam (artinya menebarkan
salam kepada orang lain yang dikenal
maupun yang tidak dikenal).
2. Memberikan hidangan makanan (kepada
tamu atau orang yang menderita
kelaparan).
3. Dan shalat pada waktu malam sedang
manusia sedang tertidur lelap (yaitu
mengerjakan shalat tahajud pada tengah
malam ketika orang-orang sedang lalai
dalam ni’matnya tidur).
Adapun yang dapat menghapus dosa
adalah :
1. Menyempurnakan wudhu pada saat yang
sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada
saat udara sangat dingin dengan
menjalankan sunah-sunahnya).
2. Malangkahkan kaki untuk mengerjakan
shalat berjama’ah.
3. Menunggu shalat sesudah shalat (Untuk
mengerjakan shalat berikutnya di masjid
yang sama).
Maqolah ke 39 :
ﻗﺎﻝ ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﯾﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺶ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ
ﻓﺌﻨﻚ ﻣﯿﺖ, ﻭﺃﺣﺒﺐ ﻣﻦ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﻔﺎﺭﻗﺔ,
ﻭﺍﻋﻤﻞ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﺠﺰﻯ ﺑﮫ ,
Jibril As berkata, “Ya Muhammad hiduplah
sesuka engkau karena sesungguhnya engkau
akan meninggal dunia. Dan cintailah orang
yang engkau suka karena engkau pasti akan
berpisah (disebabkan kematian). Dan
beramalah sesuka engkau karena engkau
akan di beri pahala atas amal itu.
Maqolah ke 40 :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻞ ﺍﻟﮫ ﻋﻠﯿﮫ ﻭﺳﻠﻢ : ﺛﻼﺛﺔ ﻧﻔﺮ
ﯾﻈﻠﮭﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺤﺖ ﻇﻞ ﻋﺮﺷﮫ ﯾﻮﻡ ﻻﻇﻞ ﺍﻻ ﻇﻠﮫ.
ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻩ, ﻭﺍﻟﻤﺎﺷﻰ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ
ﻓﻰ ﺍﻟﻈﻠﻢ ,ﻭﻣﻄﻌﻢ ﺍﻟﺠﺎﺋﻊ.
Tiga golongan yang akan mendapatkan
naungan ﺍﻟﻠﻪ di bawah naungan ‘arsy-Nya
pada hari dimana tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya. 1 orang yang
berwudhu pada waktu yang sangat berat
(dingin bersangatan). 2. orang yang pergi
ke masjid dalam kegelapan )untuk
mengerjakan shalat berjama’ah). 3. Orang
yang memberi makan orang yang
kelaparan.
Maqolah ke 41 :
ﻗﯿﻞ ﻻﺑﺮﺍﮬﯿﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ, " ﻷﻱ ﺷﯿﺊ ﺍﺗﺨﺬﻙ
ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﯿﻼ ؟ ﻗﺎﻝ ﺑﺜﻼﺛﺖ ﺍﺷﯿﺎﺀ : ﺍﺧﺘﺮﺕ ﺍﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮ ﻏﯿﺮﻩ, ﻭﻣﺎ ﺍﮬﺘﻤﻤﺖ ﺑﻤﺎ ﺗﻜﻔﻞ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻰ ﻭﻣﺎ ﺗﻌﯿﺸﺖ ﻭﻣﺎ ﺗﻐﺪﯾﺖ ﺍﻻ ﻣﻊ ﺍﻟﻀﯿﻒ
Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim AS,
“Dengan sehingga ﺍﻟﻠﻪ menjadikan engkau
sebagai kekasih ?” Maka Ia menjawab,
“Dengan tiga hal, Aku memilih
melaksanakan perintah ﺍﻟﻠﻪ daripada
perintah selain ﺍﻟﻠﻪ . Dan aku tidak
bersedih hati atas apa yang telah ﺍﻟﻠﻪ
tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak
sekali-kali aku makan malam atau makan
pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim AS
berjalan satu mil atau dua mil untuk
mencari orang yang mau dijak makan
bersamanya.
Maqolah ke 42 :
ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ : ﺛﻼﺛﺔ ﺍﺷﯿﺎﺀ ﺗﻔﺮﺝ ﺍﻟﻐﺼﺺ 1
ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ, 2 ﻭﻟﻘﺎﺀ ﺃﻭﻟﯿﺎﺋﮫ, 3 ﻭﻛﻼﻡ
ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ
Diriwayatkan dari sebagian ahli hikmah
(orang-orang yang pandai mengobati
penyakit hati). Tiga perkara dapat
menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada
ﺍﻟﻠﻪ dengan lafadz apapun seperti banyak
membaca kaliamat ﻻﺍﻟﮫ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ dan kalimat
ﻻﺣﻮﻟﻮﻻﻗﻮﺓﺍﻻﺑﺎﻟﻠﻪ , atau dengan bermunajat
kepada-Nya. 2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya
dari para ulama dan orang-orang saleh. 3
Mendengarkan kalam (nasihat) para
hukama’ (orang yang menunjukkan kepada
kebajikan dunia dan akhirat).
Maqolah ke 43
ﻋﻦ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻯ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﮫ : ﻣﻦ ﻻ ﺃﺩﺑﻠﮫ
ﻻﻋﻠﻢ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﺻﺒﺮﻟﮫ ﻻﺩﯾﻦ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﻭﺭﻉ
ﻟﮫ ﻻﺯﻟﻔﻰ ﻟﮫ .
Dari Hasan Al Bashri RA, Barang siapa
yang tidak memiliki adab/etika (kepada ﺍﻟﻠﻪ
dan kepada makhluk) maka tiadalah ilmu
baginya. Barang siapa yang tidak memiliki
kesabaran (karena menanggung bala’ dan
menanggung disakiti oleh makhluk, dan
atas beratnya menjahui maksiyat dan atas
melaksanakan kewajiban), maka tiadalah
agama baginya. Barang siapa yang tidak
wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka
tidak ada pujian (martabat) baginya di
hadapan ﺍﻟﻠﻪ dan tiada kedekatan baginya
kepada .ﺍﻟﻠﻪ
Sekian ringkasan yang dapat kami sajikan,
semoga bermanfaat di dunia dan Akhirat,
Amin.
By: Al Faqir Illa Rohmati Azza Wajalla
http://assurur-duniasantri.blogspot.com/2012/03/terjemah-bahasa-indonesia-nashoihul.html?m=1
Rohimakumullah Wa'anfaana Fi 'ulumihi
Fidaroini Amin.
Maqolah 1
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya
Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak
ada sesuatu yang lebih utama dari dua
perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah
dan berbuat kebajikan kepada sesama
muslim). Baik degan ucapan atau
kekuasaannya atau dengan hartanya atau
dengan badannya.
RasuuluLlah SAWW bersabda, (barang siapa
yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai
niat untuk menganiaya terhadap seseorang
maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu. Dan barang siapa pada waktu
pagi hari memiliki niat memberikan
pertolongan kepada orang yang dianiaya
atau memenuhi hajat orang islam, maka
baginya mendapat pahala seperti pahala
hajji yang mabrur).
Dan Nabi SAW bersabda (Hamba yang
paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Dan
amal yang paling utama adalah
membahagiakan hati orang mukmin dengan
menghilangkan laparnya, atau
menghilangkan kesusahannya, atau
membeyarkan hutangnya. Dan ada dua
perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk
dari dua tersebut yaitu syirik kepaad Allah
dan mendatangkan bahaya kepada kaum
muslimin).
Baik membahayakan atas badannya, atau
hartanya. Karena sesungguhnya semua
perintah Allah kembali kepada dua masalah
tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat
baik kepada makhluknya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Dan firman Allah Ta’ala
Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan
kepada kedua orang tuamu.
Maqolah 2
Nabi SAW bersabda, (wajib bagi kamu
semua untuk duduk bersama para ‘Ulama)
artinya yang mengamalkan ilmunya, (dan
mendengarkan kalam para ahli hikmah)
artinya orang yang mengenal Tuhan.
(Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan
menghidupkan hati yang mati dengan
cahaya hikmah-ilmu yang bermanfaat-
sebagaimana Allah menghidupkan bumu
yang mati dengan air hujan). Dan dalam
riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah
“Duduklah kamu dengan orang dewasa, dan
bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan
berkumpulah kamu dengan para ahli
hikmah” dan dalam sebuah riwayat,
“duduklah kamu degan para ulama, dan
bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya
Ulama itu ada dua macam, 1. orang yang
alim tentang hukum-hukum Allah, mereka
itulah yang memiliki fatwa, dan 2. ulama
yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah
para hukama’ yang dengan bergaul dengan
mereka akan dapat memperbaiki akhlak,
karena sesungguhnya hati mereka telah
bersinar sebab ma’rifat kepada Allah
demikian juga sirr / rahasia mereka telah
bersinar disebabkan nur keagungan Allah.
Telah bersabda Nabi SAW, akan hadir suatu
masa atas umatku, mereka menjauh dari
para ulama dan fuqaha, maka Allah akan
memberikan cobaan kepada mereka dengan
tiga cobaan, 1. Allah akan menghilangkan
berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim
kepada mereka penguasa yang zalim 3.
Mereka akan keluar meninggalkan dunia
tanpa membawa iman kepada Allah Ta’ala
Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah 3
Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA (Barang siapa
yang memasuki kubur tanpa membawa
bekal yaitu berupa amal shalih maka
keadaannya seperti orang yang
menyeberangi lautan tanpa menggunakan
perahu). Maka sudahlah pasti ia akan
tenggelam dengan se tenggelam-
tenggelamnya dan tidak mungkin akan
selamat kecuali mendapatkan pertolongan
oleh orang-orang yang dapat
menolongnya.. sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat
yang meninggal itu, melainkan seperti
orang yang tenggelam yang meminta
pertolongan.
Maqolah 4
Dari ‘Umar RA, -dinukilkan dari Syaikh
Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya
Nabi SAW bertanya kepada Jibril AS,
‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan
sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab, ‘Jika
saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-
tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan
uckup melukiskan sifat kebaikannya.
Kemudian Nabi bersabda, beritahukan
kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka
Jibril menjawab, ”’Umar hanyalah satu
kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar
RA.
‘Umar RA berkata, (kemuliaan dunia dengan
banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat
adalah dengan bagusnya amal). Maksudnya,
urusan dunia tidak akan lancar dan sukses
kecuali dengan dukungan harta benda.
Demikian pula perkara akhirat tidak akan
menjadi sempuran kecuali dengan amal
perbuatan yang baik.
Maqolah 5
Dari ‘Utsman RA. (menyusahi dunia akan
menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat
akan menerangkan hati). Artinya,
menyusahi urusan yang berhubungan
dengan urusan dunia maka akan menjadikan
hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara
yang berhubungan dengan urusan akhirat
akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa
Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar
perkara yang kami susahi, dan bukan pula
puncak ilmu kami.
Maqolah 6
Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah.
(Barang siapa yang mencari ilmu maka
surgalah sesungguhnya yang ia cari. Dan
barang siapa yang emncari ma;siyat maka
sesungguhnya nerakalah yang ia cari)
Artinya barang siapa yang menyibukkan diri
denagn mencari ilmu yang bermanfaat,
yang mana tidak boleh tidak bagi orang
yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka
pada hakekatnya ia mencari surga dan
mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa
yang menginginkan ma’siyat, maka pada
hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan
kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah 7
Dari Yahya bin Muadz RA. (Tidak akan
durhaka kepada Allah orang-orang yang
mulia) yaitu orang yang baik tingkah
lakunya Yaitu mereka yang memuliakan
dirinya dengan menghiasinya dengan taqwa
dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak
akan memilih dunia dari pada akhirat
orang-orang yang bijaksana) Artinya orang
bijak / hakiim tidak akan mendahulukan
atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah
orang yang mencegah dirinya dari pada
bertentangan dengan kebenaran akal
sehatnya.
Maqolah 8
Dari A’Masy, naam lengkapnya adalah Abu
Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA. (Barang
siapa yang bermodalkan taqwa, maka
kelulah lidah untuk menyebutkan sifat
keberuntungannya dan barang siapa yang
bermodalkan dunia, maka kelulah lidah
untuk menyebut sebagai kerugian dalam
hal agamanya). Artinya barang siapa yang
bermodalkan taqwa dengan melaksanakan
perintahNya dan menjauhi laranganNya
dimana dasar dari amal perbuatannya
adalah selalu bersesuaian dengan syari’at,
maka baginya pasti mendapatkan kebaikan
yang sangat besar tanpa dapat dihitung
dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang
perbuatannya selalu berseberangan dengan
hukum syari’at, maka baginya kerugian
yang sangat besar bahkan lidahpun sampai
tidak dapat menyebutkannya.
Maqolah 9
Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri, beliau
adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap
ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat
yaitu keinginan yangteramat sangat akan
sesuatu maka dapat diharapkan akan
mendapat ampunanNya. Dan setiyap
ma’siyat yang timbul dari takabur atau
sombong yaitu mendakwakan diri lebih
utama atau mulia dari yang lain , maka
maksiyat yang demikian ini tidak dapat
diharapkan akan mendapat ampunan dari
Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari
ketakaburannya yang tidak mau hormat
kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah
dimana ia menganggap dirinya lebih mula
dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari
tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari
api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena keinginannya yang
teramat sangat untuk memakan buah yang
dilarang oleh Allah untuk memakannya.
Maqolah 10
Dari sebagian ahli zuhud yaitu mereka yang
menghinakan kenikmatan dunia dan tidak
peduli dengan nya akan tetapi mereka
mengambil dunia sekedar dharurah/darurat
sesuai kebutuhan minimumnya. (Barang
siapa yang melakukan perbuatan dosa
dengan tertawa bangga, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam neraka dalam
keadaan menangis- karena seharusnya ia
menyesal dan memohon ampunan kepada
Allah bukannya berbangga hati. Dan barang
siapa yang ta’at kepada Allah dengan
menangis- karena malu kepada Allah dan
Takut kepadaNya karena merasa banyak
kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya
Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam
surga dalam keadaan tertawa gembira. )
dengan sebenar-benar gembira karena
mendapatkan apa yang menjadi tujuannya
selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11 Maqolah ke sebelas : dari
sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah
kamu menyepelekan dosa yang kecil) kerana
dengan selalu menjalankannya maka lama
kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi dosa
besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu
ada pada dosa yang kecil-kecil.
Maqolah 12
Dari Nabi SAW : (Tidaklah termasuk dosa
kecil apabila dilakukan secara terus
menerus) karena dengan dilakukan secara
terus menerus, maka akan menjadi
besarlah ia. (Dan tidaklah termasuk dosa
besar apabila disertai dengan taubat dan
istighfar) Yaitu taubat dengan syarat-
syaratnya. Karena sesungguhnya taubat
dapat menghapus bekas-bekas dosa yang
dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut
dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh
Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah 13
(Keinginan orang arifiin adalah memujiNya)
maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat
adalah memuji Allah Ta’ala dengan
keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan
orang-orang zuhud adalah do’a kepadaNya)
yaitu permintaan kepaad Allah sekedar
hajat kebutuhannya dari du nia dengan
segenap hatinya, dimana yang dimaksud
do’a adalah meminta dengan merendahkan
diri kepadaNya dengan memohon diberi
kebaikan kepadanya. (Karena keinginan
orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya
bukanlah pahala ataupun surga) sedangkan
keinginan orang zuhud adalah untuk
kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk
kemanfatan dirinya dari pahala dan surga
yang didapatkannya. Maka demikianleh
perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang
cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.
Maqolah 14
(diriwayatkan dari sebagian hukama’) yaitu
orang yang ahli mengobati jiwa manusia,
dan mereka itulah para wali Allah. -(Barang
siapa yang menganggap ada pelindung
yang lebih utama dari Allah maka sangat
sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah)
Maknanya adalah barang siapa yang
menganggap ada penolong yang lebih dekat
daripada pertolongan Allah, maka maka
sesungguhnya dia belul mengenal Allah.
(Danbarang siapa yang menganggap ada
musuh yang lebih berbahaya daripada
nafsunya sendiri, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya tentang
nafsunya) Artinya adalah brang siapa yang
berperasangka ada musuh yang lebih kuat
dari pada hawa nafsunya yang selalu
mengajak kepada kejahatan, maka
sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya akan
hawa nafsunya sendiri.
Maqolah 15
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Menafsiri
firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah
nyatalah kerusakan baik di daratan maupun
di lautan, maka beliau memberikan
tafsirannya (Yang dimaksud Al-Barr/
daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr / lautan
adalah hati). Apabila lisan telah rusak
dikarenakan mengumpat misalnya, maka
akan menangislah diri seseorang / anak
cucu adam. Akan tetapi apabila hati yang
rusak disebabkan karena riya’ misalnya,
maka akan menangislah malaikat. Dan
diperumpamakan hati/qalb dengan lautan
adalah dikarenkan sangat dalmnya hati itu.
Maqolah 16
(Dikatakan, karena syahwat maka seorang
raja berubah menjadi hamba sahaya/budak)
karena sesungguhnya barang siapa yang
mencintai sesuatu maka ia akna menjadi
hamba dari sesuatu yang dicintainya. (dan
sabar akan membuat seorang hamba
sahaya berumab menjadi seorang raja)
karena seoang hamba dengan kesabarannya
akan memperoleh apa yang ia inginkan.
(apakah belum kita ketahui kisah seorang
hamba yang mulia putra seorang yang
mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina
Yusuf AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub yang
penyabar, putera Ishaq yang penyayang,
putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan
Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat
cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan
Sayyidina Yusuf bersabar dengan
tipudayanya.
Maqolah 17
(Beruntunglah orang yang menjadikan
akalnya sebagai pemimpin) dengan
mengikuti petunjuk akalnya yang sempurna
(sedangkan hawa nafsunya menjadi
tahanan) (dan celakalah bagi orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai
penguasanya, dengan melepaskannya
dalam menuruti apa yang di inginkannya,
sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu
akal tersebut terhalang untuk memikirkan
ni’mat Allah dan keagungan ALlah).
Maqolah 18
(Barang siapa yang meninggalkan
perbuatan dosa, maka akan lembutlah
hatinya), maka hati tersebut akan senang
menerima nasihat dan ia khusyu’/
memperhatikan akan nasihat tersebut.
(Barang siapa yang meninggalkan sesuatu
yang haram) baik dalam hal makanan,
pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan
sesuatu yang halal maka akan jerniglah
pikirannya) didalam bertafakur tentang
semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk
akan adanya Allah Ta’ala yang
menghidupkan segala sesuatu setelah
kematiannya demikian pula menjadi
petunjuk akan keEsaan Allah dan
kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang
demikian ini terjadi apabila ia
mempergunakan fikirannya dan melatih
akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala
yang menciptakan dia dari nuthfah di
dalam rahim, kemudian menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging,
kemujdian Allah menjadikan tulang dan
daging dan urat syaraf serta menciptakan
anggota badan baginya. Kemudian Alah
memberinya pendengaran, penglihatan dan
semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari
dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham
untuk menyusu ibunya, dan Allah
menjadikannya pada awwal kejadian
dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah
menumbuhkan gigi tersebut untuknya,
kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut
pada usia 7 tahun kemudian Allah
menumbuhkan kembali gigi tersebut.
Kemudian Allah menjadikan keadaan
hambanya selalu berubah dari kecil
kemudian tumbuh menjadi besar dan dari
muda berubah menjadi tua renta dan dari
keadaan sehat berubah menjadi sakit.
Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya
pada setiap hari mengalami tidur dan jaga
demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya
manakala ia tanggal maka akan tumbuh
lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu
bergantian, apabila hilang yang satu maka
akan disusul dengan timbulnya yang lain.
Demikian pula dengan adanya matahari,
rembulan, bintang-bintang dan awan dan
hujan yang semuanya datang dan pergi.
Demikian pula bertafakur tentang rembulan
yang berkurang pada setiap malamnya,
kemudian menjadi purnama, kemudian
berkurang kembali. Seperti itu pula pada
gerhana matahari dan rembulan ketika
hilang cahayanya keudian cahaya itu
kembali lagi. Kemudian berfikir tentang
bumi yang
gersang lagi tandus maka Allah
menumbuhkannya dengan berbagai macam
tanaman, kemudian Allah menghilangkan
lagi tanaman tersebut kemudian
menumbuhkannya kembali. Maka kita akan
dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat
yang mampu berbuat yang sedemikian ini
tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu
yang telah mati. Maka wajib bagi hamba
untuk selalu bertafakur pada hal yang
demikian sehingga menjadi kuatlah imannya
akan hari kebangkitan setelah kematian,
dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti
membangkitkannya da membalas segala
amal perbuatannya. Maka dengan seberapa
imannya dari hal yang demikian yang
membuat kita bersungguh-sungguh
melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah 19
Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi
( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku
perintahkan dan janganlah bermaksiyat
kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan
kepadamu). Artinya dari nasihat yang
dengannya seorang hamba akan
mendapatkan kebaikan dan dengan apa
yang dilarang maka seorang hamba akan
tehindar dari kerusakan.
Maqolah 20
(Dikatakan sesungguhnya kesempurnaan
akal adalah mengikuti apa yang diridhai
Allah dan meninggalkan apa yang dimurkai
Allah). artinya apa saja yang tidak seperti
konsep di atas adalah kegilaan / tak
berakal.
Maqolah 21
(Tidak ada keterasingan bagi orang yang
mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang
terhormat bagi orang-orang yang bodoh ).
Artinya seseorang yang bersifat memiliki
ilmu dan amal maka sesungguhnyania akan
dihormati diantarea manusia di mana saja
berada. Oleh karena itu di mana saja
berada layaknya mereka seperti di negeri
sendiri dan dihormati. Sebaliknya orang
yang bodoh adalah kebalikannya meskipun
di negeri sendiri mereka merasa asing.
Maqolah 22
Barang siapa yang baik dalam keta’atannya
kepada Allah maka dia akan terasing
diantara manusia). Artinya orang yang
merasa cukup dengan menyibukkan seluruh
waktunya untuk ta’at kepadan Allah maka
ia akan terasing diantara manusia.
Maqolah 23
(Dikatakan bahwa gerakan badan
melakukan keta’atan kepada ALlah adalah
petunjuk tentang kema’rifatan seseorang
sebagaimana gerakan anggota badan
menunjukkan / sebagai dalil adanya
kehidupan di dalamnya). Artinya, bahwa
ekspresi ketaatan serang hamba dalam
menjalankan perintah Allah maka yang
demikian itu adalah petunjuk /a dalil
kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila
banyak amal ta’at maka menunjukkan
bahwa banyak pula ma’rifatnya kepada
Allah dan apabila sedikit ta’at, maka
menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena
sesungguhnya apa yang lahir merupakan
cermin dari apa yang ada di dalam bathin.
Maqolah 24
Nabi SAW bersabda, (Sumber segala
perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan
yang dimaksud dari dumia adalah sesuatu
yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan
sumber segala fitnah adalah mencegah /
tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan
tidak mau mengeluarkan zakat).
Maqolah 25
(Mengaku merasa kekurangan dalam
melakukan ta’at adalah selamanya terpuji
dan mengakui akan kekurangan /
kelemahan dalam melakukan ta’at adalah
tanda-tangda diteimanya amal tersebut)
karena dengan demikian menunjukkan tidak
adanya ujub dan takabur di dalamnya.
Maqolah 26
(Kufur ni’mah adalah tercela) maksudnya
adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat
menunjukkan rendahnya nafsu. (dan
berteman dengan orang bodoh) yaitu orang
yang menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya padahal ia mengetahui akan
keburukan sesuatu tersebut. (adalah
keburukan) yaitu tidak membawa berkah .
Oleh karena itu janganlah berteman
dengannya disebabkan karena buruknya
akhlak / keadaan tingkah lakunya karena
sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.
Maqolah 27
Disebutkan dalam syair….Wahai yang
disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya
angan-angan telah menenggelamkan
mereka Bukankah mereka selalu dalam
keadaan lupa – kepada Allah Hingga
dekatlah ajal bagi mereka Sesungguhnya
kematian datangnya mendadak Dan kubur
adalah tempat penyimpanan amal.
Addailamy meriwayatkan hadits dari
RasuluLlah SAW yang bersabda,
“Meninggalkan kenikmatan dunia lebih pahit
dari pada sabar, dan lebih berat daripada
memukulkan pedang di jalan Allah. Dan
tiada sekali-kali orang mahu meninggalkan
kenikmatan dunia melainkan Allah akan
memberi sesuatu seperti yang diberikan
kepadapara Syuhada’. Dan meninggalkan
kenikmatan dnia adalah dengan
menyedikitkan makan dan kekenyangan,
dan membenci pujian manusia karena
sesungguhnya orang yang suka di puji oleh
manusia adalah termasuk mencintai dunia
dan kenikmatannya. Dan barang siapa
menginginkan kenikmatan yang
sesungguhnya maka hendaklah ia
meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian
dari manusia”.
Dan Ibnu Majah telah meriwayatkan
sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda,
“Barang siapa yang niatnya adalah untuk
akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan
kekuatan baginya dan Allah membuat
hatinya menjadi kaya, dan dunia akan
mendatanginya dalam keadaan hina. Dan
barang siapa yang niatnya dunia maka Allah
akan menceraiberaikan segala urusannya,
dan Allah menjadikan kefakiran di depan
kedua belah matanya dan tiadalah dunia
akan mendatanginya kecuali apa yang telah
tertulis untuknya”.
Maqolah 28
Dari Aby Bakr Asy-Syibly RahimahuLlahu
Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad,
berkawan dengan Syaikh Abul Qasim
Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid
beliau, dan beliau hidup hingga usia 87
tahun, wafat pada tahun 334 H dan
dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau
termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif
biLlah. Beliau berkata di dalam
munajatnya :
Wahai Tuhanku…
Sesungguhnya aku senang
Untuk mempersembahkan kepadaMu
semua kebaikanku
Sementara aku sangat faqir dan lemah
Oleh karena itu wahai Tuhanku,
Bagaimana Engkau tidak senang
Untuk memberi ampunan kepadaku atas
segala kesalahanku
Sementara Engkau Maha Kaya
Karena sesungguhnya keburukanku
tidak akan membahayakanMu
Dan kebaikanku tidaklah memberi
manfaat bagiMu
Dan sesungguhnya sebagian orang yang
mulia telah memberikan ijazah agar dibaca
setelah melaksanakan shalat Jum’at 7 kali
dari bait syair sebagai berikut:
Ilahy lastu lil firdausi ahla
Walaa aqway ‘ala naaril jahiimi
Fahably zallaty wahfir dzunuuby
Fa innaka ghaafirul dzanbil ‘adziimi
Wa ‘aamilny mu’aamalatal kariimi
Watsabbitny ‘alan nahjil qawwimi
(Hikayat) Sesungguhnya Syaikh Abu Bakr
As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid.
Maka segeralah Ibnu Mujaahid mendekati
As-Syibly dan mencium tempat diantara
kedua mata beliau. Mmaka ditanyakanlah
kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya
yang demikian, dan beliau berkata,
“Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW
di dalam tidur dan sungguh beliau SAW
telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly.
Ketika itu berdirilah Nabi SAW di depan as-
Syibly dan beliau mencium antara kedua
mataAs-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa
RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat
yang demikian terhadap As-Syibly ?’.
RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar, sesungguhnya dia tidak sekali-kali
mengerjakan shalat fardhu melainkan
setelah itu membaca Laqad jaa a kum
Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi
maa ‘anittum chariisun ‘alaikum bil
mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau
faqul chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa
‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil
‘adziim….setelah itu dia /As-Syibly
mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika
Yaa Muhammad”. Kemudian aku tanyakan
kepada As-Syibli mengenai apa yang
dibacanya setelah shalat fardhu, maka
beliau menjawab seperti bacaan tadi….
Maqolah 29
Telah berka Asy-syibly, “Apabila engkau
menginginkan ketenangan bersama Allah,
maka bercerailah dengan nafsumu.” Artinya
tidak menuruti apa yang menjadi
keinginannya. Telah ditanyakan keadaan
Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau
wafat, maka beliau menjawab,’ Allah Ta’ala
berfirman kepadaku,’Apakah engkau
mengetahui dengan sebab apa Aku
mengampunimu ?’
Maka aku menjawab, ‘Dengan amal baikku”.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan ikhlas dalam
ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab,’Dengan hajiku dan
puasaku ?’
Allah Ta’ala berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan hijrahku
mengunjungi orang-orang shaleh untuk
mencari ilmu“.
Allah Ta’ala berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya, ‘Wahai Tuhanku, kalau
begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala menjawab, ‘Apakah engkau
ingat ketika engkau berjalan di Baghdad
kemudian engkau mendapati seekor anak
kucing yang masih kecil dan lemah karena
kedinginan, dan ia emnggigil karenanya.
Kemudian engkau mengambilnya karena
rasa kasihan kepada anak kucing itu dan
engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab, ‘Ya’.
Maka berfirmanlah Allah Ta’ala, ‘Dengan
kasih sayangmu kepada anak kucing yang
masih kecil itulah Aku menyayangimu’.
Maqolah 30
Telah berkata Asy-Syibli, “Jika engkau telah
merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah
– dekat dengan Allah SWT) niscaya engkau
akan mengerti rasa pahitnya perpisahan
(Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala) .
karena sesungguhnya berjauhan dari Allah
SWT merupakan siksaan yang besar bagi
AhluLlah ta’ala. Dan termasuk salah satu
dari do’a SAW adalah ,”Allahummarzuqny
ladzatan nadzari ilaa wajhiKal Kariim,
wasyauqu ilaa liqaaiK”. (Yaa Allah
berikanlah kepadaku kelezatan dalam
memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa
rindu untuk bertemu dengan-Mu)
Maqolah 31
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya
Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada
waktu pagi hari (memasuki waktu subuh)
dalam keadaan mengadu kepada manusia
tentang kesulitan hidupnya, maka
seakanakan ia telah mengadukan Tuhannya.
“. Sesungguhnya pengaduan selayaknya
hanya kepada Allah karena pengaduan
kesulitan hidup kepada Allah termasuk do’a.
adapun mengadu kepada manusia
menunjukkan tidak adanya ridha dengan
pembagian Allah Ta’ala sebagaimana
diriwayatkan dari AbdiLlah bin Mas’ud RA,
telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah
kamu semua aku ajari sebuah kalimat yang
diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan
bersama bani israil ?“. kami semua
menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”.
RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah
kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal
Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa
haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil
‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji hanya
untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat
mengadu, dan Engkaulah Penolong dan
tiada daya upaya dan kekuatan melainkan
dengan pertolongan Allah Dzat Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah
Al-A’masy, Tidaklah kami pernah
meninggalkan membaca kalimat tersebut
sejak kami mendengarnya dari Syaqiq Al-
Asady Al kuufy.
Barang siapa pada waktu pagi hari berduka
atas perkara duniawi, maka sesungguhnya
ia telah marah kepada tuhannya. Artinya,
barang siapa yang bersedih karena urusan
dunia, sesungguhnya ia telah marah kepada
Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan
qadha’ (takdir Allah) dan tidak bersabar
atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan
kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa
saja yang terjadi di dunia ini adalah atas
qadha Ilahi Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.
Dan barang siapa yang merendahkan diri
kepada orang kaya karena melihat
kekayaannya, maka hilanglah 2/3
agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya
penghormatan manusia kepada orang lain
adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya
bukan karena kekayaannya. Karena
sesungguhnya orang yang memuliakan
harta, sesungguhnya ia telah menyia-
nyiakan ilmu dan amal shaleh. Telah
berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al-
Jailany RA, “Tidak boleh tidak bagi seorang
muslim pada setiap keadaannya selalu
dalam tiga keadaan, yangpertama
melaksanakan perintah, kedua menjauhi
larangan, dan ketiga ridha dengan
pembagian Tuhan.” Dan kondisi minimal
bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas
dari salah satu dari tiga keadaan tersebut
di atas, 32. telah berkata Sayidina Aby
Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara yang
tidak akan dapat diperoleh dengan tiga
perkara lainnya. Artinya ada tiga perkara,
dimana tiga perkara tersebut tidak akan
dapat diperoleh dengan tiga perkara, yaitu
yang pertama Kekayaan dengan hanya
berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan
tidak dapat diperoleh hanya dengan
berangan-angan akan tetapi dengan
pembagian dari Allah. yang ke dua Muda
dengan bersemir. Maka tidak akan dapat
diperoleh kemudaan usia hanya dengan
menyemir rambut dan lain sebagainya.
Yang ketiga, Kesehatan dengan obat-
obatan.
Maqolah 32
Dari Abu Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara
tidak dapat di capai/didapatkan dengan
tiga perkara lainnya : 1. Kekayaan dengan
angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu
dapat diperoleh hanya dengan berangan-
angan tanpa kerja nyata, dan pembagian
dari Allah. 2. Muda usia dengan semir.
Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan
menjadi muda hanya karena disemirnya
rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang
yang sudah bertambah usia (tua) tidaklah
mungkin berubah menjadi muda kembali
meskipun dengan rambut disemir atau yang
lainnya. Dan umur akan terus berjalan
hingga akhirnya habislah umur itu kembali
menghadap sang Khaliq. 3. Dan kesehatan
dengan menggunakan obat-obatan. Artinya
kesehatan tidak dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi obat-obatan akan tetapi
sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga
diri dengan makanan yang halal dan olah
raga secara teratur serta rajin beribadah.
Maqolah 33
Dari Sahabat Umar RA, “bersikap kasih
sayang dengan manusia adalah setengah
dari sempurnanya aka”l. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani
dan Baihaqi dari Jabir bin abdiLlah dari
Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik
terhadap manusia adalah shadaqah”.
Artinya berperilaku yang baik terhadap
manusia melalui ucapan dan perbuatan
pahalanya sama dengan orang yang
bersedekah. Dan sebagian dari suritauladan
Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan
adalah beliau tidak pernah mencela
makanan dan menghardik pelayan dan tidak
pernah memukul wanita termasuk isteri
beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku
yang baik ini adalah meninggalkan
kesenangan duniawi karena tuntutan
agama. Dan rajn bertanya (kepada Ulama)
adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu
akan dipeorleh apabila kita rajin bertanya
terhadap segala sesuatu yang kita tidak
tahu. Dan rajin bekerja adalah setengah
dari penghidupan. Karena dengan rajin
bekerja kita akan memperoleh rizki sebagai
bekal untuk kelangsungan hidup kita.
Maqolah ke 37
Dari Nabi Dawud AS, Diwahyukan di dalam
kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang
berakal untuk tidak menyibukkan diri kecuali
dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan bekal untuk perjalanan
ke akhirat.
2. Bergaul dengan pergaulan yang baik.
3. Bekerja dengan baik mencari rizki yang
halal untuk bekal ibadah kepada Allah
karena mencari rizki yang halal adalah
wajib hukumnya.
Maqolah ke 38
Dari Abu Hurairah RA. Nama beliau adalah
AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata,
telah bersabda Naby SAW Ada tiga perkara
yang menyelamatkan (dari adzab), tiga
perkara yang merusakkan (membawa orang
kepada kerusakannya), tiga perkara
meningkatkan derajat (beberapa tingkatan
di akhirat), tiga perkara menghapuskan
dosa. Adapun tiga yang menyelamatkan
adalah:
1. Takut kepada Allah dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan.
2. Sedang dalam faqir dan kekayaan.
3. Seimbang dalam ridha dan marah (yaitu
Ridha karena Allah dan marah karena
Allah).
Adapun (tiga) yang merusakkan adalah:
1. bakhil yang bersangatan (dengan tidak
mau memberikan apa yang menjadi hak
Allah dan haq makhluk). Dalam riwayat lain
bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila
sifat bakhil itu ada dalam diri seseorang
akan tetapi tidak diperturutkan, maka
tidaklah yang demikian ini merusakkan
karena sifat bakhil adalah sifat yang lazim
ada pada manusia).
2. Hawa nafsu yang selalu diikuti.
3. Dan herannya (‘ujub) manusia terhadap
diri sendiri. (Artinya seseorang memandang
dirinya dengan pandangan kesempurnaan
dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah
Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya
ni’mat itu).
Adapun yang meninggikan derajat adalah:
1. Menebarkan salam (artinya menebarkan
salam kepada orang lain yang dikenal
maupun yang tidak dikenal).
2. Memberikan hidangan makanan (kepada
tamu atau orang yang menderita
kelaparan).
3. Dan shalat pada waktu malam sedang
manusia sedang tertidur lelap (yaitu
mengerjakan shalat tahajud pada tengah
malam ketika orang-orang sedang lalai
dalam ni’matnya tidur).
Adapun yang dapat menghapus dosa
adalah :
1. Menyempurnakan wudhu pada saat yang
sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada
saat udara sangat dingin dengan
menjalankan sunah-sunahnya).
2. Malangkahkan kaki untuk mengerjakan
shalat berjama’ah.
3. Menunggu shalat sesudah shalat (Untuk
mengerjakan shalat berikutnya di masjid
yang sama).
Maqolah ke 39 :
ﻗﺎﻝ ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﯾﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﺶ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ
ﻓﺌﻨﻚ ﻣﯿﺖ, ﻭﺃﺣﺒﺐ ﻣﻦ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﻔﺎﺭﻗﺔ,
ﻭﺍﻋﻤﻞ ﻣﺎ ﺷﺌﺖ ﻓﺌﻨﻚ ﻣﺠﺰﻯ ﺑﮫ ,
Jibril As berkata, “Ya Muhammad hiduplah
sesuka engkau karena sesungguhnya engkau
akan meninggal dunia. Dan cintailah orang
yang engkau suka karena engkau pasti akan
berpisah (disebabkan kematian). Dan
beramalah sesuka engkau karena engkau
akan di beri pahala atas amal itu.
Maqolah ke 40 :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻞ ﺍﻟﮫ ﻋﻠﯿﮫ ﻭﺳﻠﻢ : ﺛﻼﺛﺔ ﻧﻔﺮ
ﯾﻈﻠﮭﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺤﺖ ﻇﻞ ﻋﺮﺷﮫ ﯾﻮﻡ ﻻﻇﻞ ﺍﻻ ﻇﻠﮫ.
ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻩ, ﻭﺍﻟﻤﺎﺷﻰ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ
ﻓﻰ ﺍﻟﻈﻠﻢ ,ﻭﻣﻄﻌﻢ ﺍﻟﺠﺎﺋﻊ.
Tiga golongan yang akan mendapatkan
naungan ﺍﻟﻠﻪ di bawah naungan ‘arsy-Nya
pada hari dimana tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya. 1 orang yang
berwudhu pada waktu yang sangat berat
(dingin bersangatan). 2. orang yang pergi
ke masjid dalam kegelapan )untuk
mengerjakan shalat berjama’ah). 3. Orang
yang memberi makan orang yang
kelaparan.
Maqolah ke 41 :
ﻗﯿﻞ ﻻﺑﺮﺍﮬﯿﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﺍﻟﺴﻼﻡ, " ﻷﻱ ﺷﯿﺊ ﺍﺗﺨﺬﻙ
ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﯿﻼ ؟ ﻗﺎﻝ ﺑﺜﻼﺛﺖ ﺍﺷﯿﺎﺀ : ﺍﺧﺘﺮﺕ ﺍﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﺮ ﻏﯿﺮﻩ, ﻭﻣﺎ ﺍﮬﺘﻤﻤﺖ ﺑﻤﺎ ﺗﻜﻔﻞ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻰ ﻭﻣﺎ ﺗﻌﯿﺸﺖ ﻭﻣﺎ ﺗﻐﺪﯾﺖ ﺍﻻ ﻣﻊ ﺍﻟﻀﯿﻒ
Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim AS,
“Dengan sehingga ﺍﻟﻠﻪ menjadikan engkau
sebagai kekasih ?” Maka Ia menjawab,
“Dengan tiga hal, Aku memilih
melaksanakan perintah ﺍﻟﻠﻪ daripada
perintah selain ﺍﻟﻠﻪ . Dan aku tidak
bersedih hati atas apa yang telah ﺍﻟﻠﻪ
tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak
sekali-kali aku makan malam atau makan
pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim AS
berjalan satu mil atau dua mil untuk
mencari orang yang mau dijak makan
bersamanya.
Maqolah ke 42 :
ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ : ﺛﻼﺛﺔ ﺍﺷﯿﺎﺀ ﺗﻔﺮﺝ ﺍﻟﻐﺼﺺ 1
ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ, 2 ﻭﻟﻘﺎﺀ ﺃﻭﻟﯿﺎﺋﮫ, 3 ﻭﻛﻼﻡ
ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ
Diriwayatkan dari sebagian ahli hikmah
(orang-orang yang pandai mengobati
penyakit hati). Tiga perkara dapat
menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada
ﺍﻟﻠﻪ dengan lafadz apapun seperti banyak
membaca kaliamat ﻻﺍﻟﮫ ﺍﻻﺍﻟﻠﻪ dan kalimat
ﻻﺣﻮﻟﻮﻻﻗﻮﺓﺍﻻﺑﺎﻟﻠﻪ , atau dengan bermunajat
kepada-Nya. 2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya
dari para ulama dan orang-orang saleh. 3
Mendengarkan kalam (nasihat) para
hukama’ (orang yang menunjukkan kepada
kebajikan dunia dan akhirat).
Maqolah ke 43
ﻋﻦ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻯ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﮫ : ﻣﻦ ﻻ ﺃﺩﺑﻠﮫ
ﻻﻋﻠﻢ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﺻﺒﺮﻟﮫ ﻻﺩﯾﻦ ﻟﮫ , ﻭﻣﻦ ﻻﻭﺭﻉ
ﻟﮫ ﻻﺯﻟﻔﻰ ﻟﮫ .
Dari Hasan Al Bashri RA, Barang siapa
yang tidak memiliki adab/etika (kepada ﺍﻟﻠﻪ
dan kepada makhluk) maka tiadalah ilmu
baginya. Barang siapa yang tidak memiliki
kesabaran (karena menanggung bala’ dan
menanggung disakiti oleh makhluk, dan
atas beratnya menjahui maksiyat dan atas
melaksanakan kewajiban), maka tiadalah
agama baginya. Barang siapa yang tidak
wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka
tidak ada pujian (martabat) baginya di
hadapan ﺍﻟﻠﻪ dan tiada kedekatan baginya
kepada .ﺍﻟﻠﻪ
Sekian ringkasan yang dapat kami sajikan,
semoga bermanfaat di dunia dan Akhirat,
Amin.
By: Al Faqir Illa Rohmati Azza Wajalla
http://assurur-duniasantri.blogspot.com/2012/03/terjemah-bahasa-indonesia-nashoihul.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar