Jumat, 08 November 2013

Adab bersahabat III

5. Jujur. Jangan engkau bersahabat dengan
pembohong karena bisa jadi engkau tertipu
olehnya. Ia seperti fatamorgana. Ia membuat
dekat yang jauh darimu dan membuat jauh
yang dekat darimu.
Bisa jadi kelima hal ini tidak kau dapati pada
orang-orang yang berada di sekolah atau di
mesjid. Dengan demikian, engkau harus
memilih salah satu, entah mengasingkan diri
karena hal itu akan membuatmu selamat, atau
engkau bergaul dengan mereka sesuai dengan
karakter mereka. Hendaknya engkau mengetahui
bahwa saudara itu ada tiga macam:(1) Saudara
untuk akhiratmu. Dalam hal ini engkau harus
melihat pada agamanya. (2) Saudara untuk
duniamu. Dalam hal ini, engkau harus
memperhatikan akhlaknya. (3) Saudara untuk
bersenang-senang Dalam hal ini engkau harus
selamat dari kejahatan, fitnah, dan
keburukannya.
Manusia itu ada tiga jenis: ada yang seperti
makanan dimana memang selalu diperlukan,
ada yang seperti obat di mana hanya sewaktu-
waktu saja diperlukan dan ada pula yang
seperti penyakit di mana sama sekali tak
diperlukan, tapi seorang hamba kadangkala
diuji dengannya. Jenis yang ketiga inilah yang
tidak menyenangkan dan tidak pula
memberikan manfaat Maka, engkau harus
berpaling darinya agar selamat. Ketika
menyaksikan tingkah lakunya kalau paham
engkau akan mendapatkan manfaat yang besar.
Yaitu, dengan menyaksikan kondisi dan
perbuatannya yang buruk, engkau akan
membenci dan menghindar darinya. Orang
yang bahagia adalah yang bisa mengambil
pelajaran dari orang lain. Seorang mukmin
merupakan cermin bagi mukmin yang lain.
Nabi Isa a.s. pernah ditanya, "Siapa yang
telah mengajarkan adab padamu?" Nabi Isa
a.s. menjawab, "Tak ada yang mengajariku.
Tapi aku melihat kejahilan orang bodoh, maka
aku pun menghindarinya." Benar sekali yang
beliau katakan. Seandainya manusia
meninggalkan apa yang mereka benci dari orang
lain, adab mereka akan menjadi sempurna dan
tak perlu lagi kepada para muaddib (orang
yang mengajarkan adab atau etika).
Tugas kedua,
Memperhatikan hak-hak persahabatan.
Manakala telah terjalin persekutuan, telah
terbina hubungan antara engkau dengan
temanmu itu, maka engkau harus
memperhatikan hak-hak dan adab-adab
persahabatan. Nabi Saw. bersabda,
"Perumpamaan dua orang saudara adalah
seperti dua tangan, yang satu membersihkan
yang lain." Nabi Saw. pernah masuk ke dalam
semak belukar lalu memetik dua ranting siwak,
yang satu bengkok dan yang satu lagi lurus.
Waktu itu beliau bersama para sahabatnya.
Lalu beliau memberikan yang lurus sedangkan
yang bengkok beliau simpan untuk dirinya
sendiri, lantas mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah engkau yang lebih berhak atas
ranting yang lurus ini daripadaku." Nabi Saw.
menjawab, "Tidaklah seseorang menyertai
temannya walaupun sesaat di waktu siang,
melainkan ia ditanya, 'Apakah ia telah me­
nunaikan hak Allah Swt. dalam
persahabatannya itu atau justru ia
melalaikannya.' Nabi Saw. juga berkata,
"Tidaklah dua orang bersahabat, melainkan
yang paling dicintai Allah Swt. adalah yang
paling mengasihi temannya."
Adab dalam bergaul atau bersahabat adalah
mengutamakan teman dalam hal harta. Jika
tidak, maka dengan mengeluarkan kelebihan
harta ketika dibutuhkan,atau membantu dengan
jiwa saat diperlukan secara langsung tanpa
diminta, menyimpan rahasia, menyembunyikan
aib, tak menyampaikan cemoohan orang
kepadanya,memberitakan pujian orang
kepadanya, penuh perhatian terhadap apa yang
dibicarakannya, memanggil dengan nama yang
paling disukainya, memuji kebaikannya,
berterima kasih atas bantuannya, membela
kehormatannya di saat ia tidak ada
sebagaimana ia membela kehormatannya
sendiri, menasihatinya dengan lemah lembut
dan jelas jika memang diperlukan, memaafkan
ketika ia salah dan tidak malah mencaci,
mendoakannya di saat berkhalwat dengan
Allah, baik ketika masih hidup maupun ketika
sudah meninggal, tetap setia kepada keluarga
dan kerabatnya manakala ia sudah meninggal
dunia, ikut meringankannya dan bukan justru
memberatkan hajatnya, menghibur hatinya dari
segala kerisauan, menampakkan kebahagiaan
atas kemudahan yang ia dapatkan, bersedih
atas hal buruk yang menimpanya,
menyembunyikan di dalam hati apa yang ia
sembunyikan sehingga ia benar-benar setia
secara lahir maupun batin, mendahuluinya
dalam mengucapkan salam ketika bertemu,
melapangkan majelis untuknya, membantunya
ketika berdiri, serta diam ketika ia berbicara
sampai selesai dengan tidak menyela atau
memotongnya. Ringkasnya, hendaknya ia
memperlakukan temannya itu sebagaimana ia
senang kalau diperlakukan demikian. Siapa
yang tak mencintai saudaranya sebagaima ia
mencintai dirinya sendiri, berarti ia telah
dihiasi nifak (sifat munafik). Ini merupakan
bencana baginya di dunia dan di akhirat. Itulah
adab-adab yang harus kau perhatikan
berkenaan dengan hak orang awam yang bodoh
dan hak para sahabat.
3. Bergaul Dengan Kenalan
Hati-hatilah terhadap mereka karena
sesungguhnya engkau tidak mengenal
keburukan kecuali dari orang yang telah kau
kenal. Adapun seorang teman, maka ia adalah
orang yang bisa membantumu, sedangkan
seorang awam tak akan berpengaruh bagimu.
Sesungguhnya keburukan itu semuanya
berasal dari para kenalan yang menampakkan
persahabatan lewat lidah mereka. Oleh karena
itu, usahakan untuk mengabaikan mereka.
Apabila engkau terpaksa berhadapan dengan
mereka di sekolah, di mesjid, di pasar, atau di
sebuah negeri, engkau tak boleh menghinakan
mereka. Sebab, engkau tak mengetahui bisa
jadi ia lebih baik darimu.
Jangan pula engkau mengagungkan dunia yang
mereka miliki karena engkau bisa binasa.
Sebab, dunia dan isinya dalam pandangan
Allah Swt. sangat kecil. Betapapun hebatnya
penduduk dunia menurutmu, ia tetap jatuh di
mata Allah Swt. Engkau tak boleh mengor­
bankan agamamu guna mendapat dunia mereka.
Orang yang melakukan hal itu pasti menjadi
rendah di mata mereka, dan untuk selanjutnya
tak akan diberi. Apabila mereka memusuhimu,
jangan kau lawan dengan permusuhan pula
karena engkau tak mungkin bisa sabar
menghadapi perlawanan mereka karena
agamamu dapat menjadi pudar karenanya dan
engkau akan kepayahan.
Jangan merasa senang dengan penghormatan,
sanjungan, dan kecintaan yang mereka berikan.
Karena, sebenarnya satu persen pun hal itu
tak ada dalam hati mereka. Jangan engkau
kaget dan marah kalau mereka mencelamu
ketika engkau tidak ada, karena jika engkau
jujur, hal itu juga engkau lakukan bahkan
terhadap sahabat, kerabat, guru, dan kedua
orang tuamu. Engkau juga menyebut-nyebut di
belakang mereka apa yang tak kau ucapkan di
hadapan mereka. Jangan engkau bersikap
tamak terhadap harta, kedudukan, dan bantuan
mereka. Karena, orang yang tamak akan gagal
pada hari kemudian. Sikap tamak tersebut
betul-betul hina. Jika engkau meminta
kebutuhanmu pada seseorang, lalu ia
memenuhinya, maka berterima kasihlah pada
Allah dan padanya. Tapi manakala orang itu
tak bisa membantumu, jangan engkau mencela
dan mengeluhkannya karena hal itu bisa
menimbulkan sikap permusuhan. Jadilah
seorang mukmin yang selalu pemaaf. Jangan
menjadi seorang rnunafik yang hanya mencari
salah. Katakanlah, "Dia memang tak bisa
memberi karena alasan tertentu yang tak
kuketahui."
Jangan sekali-kali engkau menasihati seseorang
sebelum terlebih dahulu engkau melihat tanda-
tanda ia akan menerimanya. Jika tidak, ia tak
akan mendengar dan hanya akan menjadi
musuhmu. Jika mereka berbuat salah dalam
satu persoalan dan mereka tetap tak mau
belajar, maka jangan engkau mau mengajari
mereka. Sebab mereka hanya akan
memanfaatkan ilmumu dan akan menjadi
musuhmu. Kecuali jika sikap mereka itu terkait
dengan maksiat yang mereka lakukan, maka
ingatkan mereka pada kebenaran secara lemah
lembut dan tidak kasar. Jika engkau lihat sikap
mereka baik, bersyukurlah kepada Allah yang
telah menjadikanmu dicintai oleh mereka. Tapi
kalau mereka bersikap buruk, maka serahkan
diri mereka kepadaAllah Swt. Dan
berlindunglah engkau pada Allah Swt. dari
keburukan mereka itu. Jangan engkau mencerca
mereka. Begitu pula, jangan engkau berkata
pada mereka, "Mengapa engkautak
menghormatiku? Aku adalah Fulan bin Fulan.
Aku seorang yang mulia dalam segi ilmu." Itu
adalah ucapan seorang yang dungu. Orang
yang paling dungu adalah orang yang
menganggap dirinya bersih lalu menyanjung
diri sendiri. Ketahuilah bahwa Allah Swt.
membuat mereka bisa menguasaimu akibat
dosamu sebelumnya. Oleh karena itu,
istigfarlah terhadap dosamu itu dan sadarlah
bahwa hal itu merupakan hukuman Allah
atasmu. Perhatikan hak-hak mereka, abaikan
perbuatan batil mereka, ungkapkan kebaikan
mereka, serta diamkan keburukan mereka.
Janganlah engkau bergaul dengan Para fakih,
terutama mereka yang sibuk dengan
perselisihan dan perdebatan. Waspadalah
terhadap mereka. Karena kedengkian, mereka
memang sedang menantikanmu terjatuh dalam
keraguan, lalu mematahkanmu dengan
prasangka, mata mereka menguntitmu dari
belakang, mereka terus mengingat kesalahanmu
saat bergaul dengan mereka sehingga hal itu
bisa menjadi senjata untuk menghadapimu
ketika mereka marah dan berdebat kusir.
Mereka tak akan memaafkan dan mengampuni
kesalahanmu itu, serta tidak pula menutupi
aibmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar