Jumat, 26 Juli 2013

THORIQOH II

KEMUNGKINAN ADANYA HUBUNGAN
ANTARA
THORIQOH DAN KEBATINAN
Pertanyaan :7.Benarkah Thoriqoh merupakan
aliran tashawuf (mistik Islam)
Jawab Benar bahwa Thoriqoh merupakan
tashawuf, akan tetapi bukan mistik/klenik,
bahkan tashawufnya As-Syalafis Sholihin
seperti yang diterangkan dalam kitab
Ihyak’Ulumudin.
Keterangan:
“Adapun yang dinamakan tashawuf ialah: ilmu
yang untuk mengetahui pokok-pokok yang
menyebabkan baiknya hati sanubari dan anggota
dzohir dengan mensucikan hati dari selain Allah
SWT dan membilang rendah selain Allah,
dengan ta’dim kepada Allah serta mengamalkan
adab-adab Syari’at Islaamiyyah dzohiriyyah
dan bathiniyyah”. {Dikutib dari Kitab Tanwirul-
Qulub halaman : 427}
Pertanyaan :8. Daapatkah Thoriqoh disejajarkan
dengan mistik kejawen?
Jawab :Tidak dapat sama sekali.
Pertanyaan :9. Mohon dijelaskan tentang
hubungan Syari’at ,Thoriqoh, dan Hakekat, serta
Ma’rifat?
Jawab hubungan Syari’at, Thoriqoh, Hakikat
dan Ma’rifat itu sangat erat sekali, karena
perumpamaannya sebagai lautan serta hakikat
sebagai mutiaranya. Barang siapa mengambil
mutiara harus menaiki kapal, kemudian berselam
di dalam lautan untuk mengambil mutiara
tersebut.
Catatan:
1. Yang dimaksud Syari’at (menurut ahli
Tashawuf) ialah melaksanakan agama Allah
(Agama Islam) beserta mengetahui hukum-
hukumnya, dengan istiqomah mengerjakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Yang dinamakan Thoriqoh adalah : ilmu yang
untuk mengetahui hal-ihwalnya nafsu dan sifat-
sifatnya, mana yang tercela (menurut
pandangan Agama Islam) harus di jauhi atau di
tinggalkan dan mana yang terpuji (juga menurut
pandangan Syari’at Islam) di amalkan.
3.Yang dinamakan Hakikat adalah : sampainya
Salik kepada apa yang dimaksud sehingga ia
dapat melihat Nur-Tajally dangan terang di
dalam hati nuraninya atau maqom musyahadah.
4. Ma’rifat, adapun maksudnya disini ada 4
(empat) yakni:
. Ma’rifat Nafsuhu (tahu diri) maksudnya
ialah : bahwa ia sebagai hamba Allah maka
harus mau beribadah kepada-Nya dan merasa
hina dihadapan-Nya.
. Ma’rifat Robbahu (tahu Tuhannya)
maksudnya ialah : bahwa Allah sebagai
Khaliqnya yang wajib di sembah dan di
agungkan serta segala sesuatu adalah terletak di
dalam kekuasaan Allah.
. Ma’rifat Dunya (tahu dunia/benda)
maksudnya ialah : bahwa dunia ini tidak kekal
pasti hancur maka tidak harus di cintai dan
harus mau zuhud.
. Ma’rifat Akhirat (tahu akhirat) maksudnya
ialah : bahwa akhirat itu kekal dan abadi maka
harus berusaha amal yang baik untuk akhirat
kelak dan harus selalu merasa suka untuk amal
baik karena-Nya (Diterangkan dalam Kitab
Sirojut Tholibin halaman :88)
Pertanyaan :10. Apakah yang disebut Arifin
dalm Thoriqoh, apakah sama dengan pengertian
orang yang telah sampai pada tingakat Mukso,
Nirwana dalam agama Budha?
Jawab :Arifin dalam Thoriqoh adalah : Ulama
yang ahli Ma’rifat bil-Lah wabi-shifatihi wa-
Af’alihi, tidak Ulama yang hanya pandai di
bidang hukum-hukum Agama Allah belaka dan
sama sekali tidak sama dengan tingkat Mukso
dan Nirwana.{keterangan dikutib dari Kitab
I’qodlul-Humam fi-Syarhil Hikam ;juz II hal:
360}.
Pertanyaan :11. Dapatkah dikatakan bahwa orang
yang telah sampai pada tingkatan Ma’rifat sama
dengan orang yang sampai pada tingkat
manunggaling kawula Gusti dalam mistik
kejawen?
Jawab :Tidak sama.
Pertanyaan :12.Dalam ajaran kebatinan didapati
istilah-istilah yang hampir sama dengan istilah-
istilah yang ada pada Thoriqoh seperti Sholat
Daim, dzikir nafi, dan lain-lain, apakah ini
berarti Thoriqoh mempunyai hubungan erat
dengan kebatinan?
Jawab :Didalam Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-
Nahdliyyah tidak ada istilah-istilah tersebut,
yang ada ialah dzikir daim dan dzikir nafi itsbat
yakni : LAAILAAHAILLAALLOH. Jadi tidak
ada hubungan sama sekali antara Thoriqoh
dengan kebatinan, karena Thoriqoh Al-
Mu’tabaroh An-Nahdliyyah mempunyai ciri
khusus, yaitu antara lain:
1. Harus muttashil sanadnya kepada Rosullilah
SAW.
2.Harus memakai Syari’at Islamiyyah Ahlus
Sunnah wal-Jama’ah ‘ala ahadi madzahibil-arba
’ah.
3. I’tiqodnya Al-Asy’ariyyah dan Al-
Maturidiyyah.
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN MORAL
MENURUT AJARAN THORIQOH
Pertanyan :13. Apakah ajaran Thoriqoh dapat di
pandang sebagai pembentukan moral atau budi
perkerti luahur?
Jawab : Iya betul,memang demikian.
Pertanyan : 14. Bagaimanakah pokok-pokok
ajaran moral yang seharusnya menurut ajaran
Thoriqoh ?
Jawab :Pokok-pokok ajaran moral yang
seharusnya menurut ajaran Thoriqoh antara lain
yakni:
Berpegang teguh kepada Al-Qur’anul Karim.
Mengikuti jejak Rosulullah SAW.
Memakan dan minum barang yang halal.
Menjahui dan meninggalkan ma’syiyat.
Taubatan Nashuha darisegala ma’syiyat.
Melaksanakan hak-hak Allah dan menyampaikan
hak-hak Adam (hubungan antara manusia).
Dilarang menyakiti orang lain, baik secara dzohir
(terang-terangan) maupaun dengan batin, lebih-
lebih menyakiti para Wali, ‘Ulama’ dan orang
yang hafal Al-Qur’an, sangat tidak
diperbolehkan.{(keterangan di kutib dari kitab
Al-Minhus Saniyyah hal : 7 sampaidengan hal
8)}.
Pertanyan :15. Menurut Thoriqoh, bagaimanakah
ajaran moral seharusnya bagi bangsa Indonesia
berhubungan dengan adanya bermacam-macam
Agama dan kepercayaan ?
Jawab :Bagi umat Islam harus menjalankan
Makarimil Akhlaq’alal-Islam, wal-Iman wal-
Ihsan.
Pertanyan :16. Apakah ajaran akhlaq budi
perkerti dalam Thoriqoh selaras dengan Falsafah
Dasar Pancasila ?
J a wa b :Iya betul selaras, keterangannya
sebagai berikut :
1.Sila pertama adalah ; Ketuhanan Yang Maha
Esa. Jam’iyyah Ahlith-Thooriqoh Al-
Mu’tabaroh An-nahdliyyah selalu menganjurkan
kepada umat umumnya dan kepada warga
Thoriqoh khususnya agar supaya selalu taqwa
kepada Allah SWT. Pada waktu kapan saja dan
dimana saja baik waktu perkumpulan maupun
waktu sendirian . sebagaimana Firman Allah
dalam Surat Ali Imron ayat :102 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kamu sekalian kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya”. Dan Firman Allah dalam Surat Al-
a’rof ayat : 59 yang artinya : “Sembahlah Allah,
sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya”. Dan
firman Allah dalam Surat Al-Ikhlas ayat : 1
Sampai dengan ayat 4 artinya : Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakan. Dan tidak seorangpun yang setara
dengan Dia. Dan masih banyak ayat-ayat yang
menerangkan tentang ke-Esa-an Allah.
2.Sila kedua adalah Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab. Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-
Mu’tabaroh An-Nahdliyyah selalu mengajarkan,
agar manusia berlaku adil, sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al-Maidah ayat : 8 yang
artinya : “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
tidak adil . berlaku adillah kamu sekalian, karena
adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu sekalian kerjakan. Dan firman Allah dalam
Surat An-Nisa’ ayat: 135 yang artinya :
“Wahai ! orang-orang yang beriman, jadilah
kamu sekalian orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpaun
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlagh kamu
sekalian mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu sekalian memutar balikkan kata -
kata atau enggan menjadi saksi , maka
sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
segala apa yang kamu sekalian kerjakan, adab
(sikap saling cinta mencintai) sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-Hujarot ayat: 13
yang artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya
kami menciptakan kamu sekalian dari seorang
pria dan seorang perempuan dan kami telah
menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar supaya kamu sekalian
saling kenal-mengenal Sesungguhnya orang yang
paling mulya diantara kamu sekalian disisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu
semua. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha waspada. Dan Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim yang artinya : “Nabi besar Muhammad
SAW. bersabda: Tidaklah sempurna imam
seseorang dari kamu sekalian , sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.
3. Sila ketiga adalah Persatuan Indonesia.
Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-
Nahdliyyah, selalu menganjurkan dan
mengajarkan tentang persatuan dan kesatuan ,
sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali
Imron ayat; 103 yang artinya : “ Dan berpegang
teguhlah kamu semua kepada tali (Agama) Allah
dan janganlah kamu semua bercerai berai. Dan
firman Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat : 46
yang artinya :”Dan taatlah kamu semua kepada
Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu semua
berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu
semua menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.
Dan Hadist yang diriwayatkan oleh Jabir RA.
Yang artinya : “Sebaik-baik manusia adalah
yang banyak memberikan manfaat sesama
manusia.
(Syekh Ansoori dahlan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar