Jumat, 26 Juli 2013

SYIAH DAN WAHABI KEMBAR SIAM

pembelaan Salafi yang sangat berlebihan
terhadap bani Umayyah, dan juga bisa dilihat
secara jelas dari kebencian Salafi terhadap
bani Hasyim.
Rasulullah sendiri berasal dari Bani Hasyim.
Contoh yang mudah,
siapakah orang yang paling bertanggung
jawab terhadap ter-usir-nya Rasulullah dari
Makkah ke Madinah?
Jawabannya adalah Bani Umayyah, yaitu Abu
Sufyan bin Harb.
Lalu siapakah orang yang paling bertanggung
jawab atas terbunuhnya Hamzah bin Abdul
Muthollib ra (yaitu paman Rasulullah) ?
Jawabannya adalah Hindun, istri Abu Sufyan.
Lalu siapakah yang paling bertanggung jawab
atas pindahnya Fathimah putri Rasulullah dan
suaminya yaitu Ali bin Abu Thalib dari
Madinah ke Kufah?
Jawabannya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan.
Lalu siapa pula yang paling bertanggung
jawab atas terbunuhnya dan terbantainya
cucu Rasulullah, yaitu Hussain bin Ali ?
Jawabannya adalah Yazid bin Muawiyah bin
Abu Sufyan.
Nah, itu contoh yang paling jelas mengenai
kebencian Bani Umayyah terhadap Bani
Hasyim.
Lalu, apa kaitannya dengan "Metode Salafi
untuk menggiring pemahaman orang ke arah
yang sesat" ?
Yang pertama, Salafi adalah pewaris ideologi
Bani Umayyah.
Yang kedua, pola pikir Salafi adalah
memutar-mutar dalil, lalu menjebak
pemikiran orang, yang ujung-ujungnya adalah
menggiring orang tsb agar membenci bani
Hasyim tanpa dia sadari.
Contoh,
Apakah syiah mengatakan bahwa ada
sebagian shahabat nabi yang kafir?
Jawabannya adalah, ya, ada sebagian syiah
yang mengkafirkan Abu Bakar ra dan Umar
ra.
Dan ini adalah salah satu bukti kesesatan
aqidah Syiah.
Sekarang, apakah Salafi mengkafirkan
sebagian shahabat Nabi?
Jawabannya adalah, secara langsung tidak,
tapi secara tidak langsung, Anda akan
digiring untuk melakukan proses pengkafiran
tersebut.
Siapa yang dikafirkan?
Tentu saja, target utama yang dikafirkan
adalah shahabat dari kalangan Bani Hasyim,
yang secara otomatis adalah keluarga Nabi
juga.
Contoh yang paling mudah adalah, Abu
Thalib.
Siapa yang paling getol mengatakan bahwa
Abu Thalib akan masuk neraka?
Jawabannya adalah Salafi. Dan ini adalah
satu contoh yang paling jelas yang
menunjukkan bahwa salafi memang mewarisi
ideologi bani Umayyah yang sangat membenci
keluarga Nabi.
Dengan cara apa Salafi menggiring pemikiran
kita supaya kita ikut mengkafirkan Abu
Thalib?
Apakah dengan menyebut "kafir .. kafir ..
kafir" secara terang-terangan?
Jawabannya adalah Tidak.
Salafi tidak akan terang-terangan
mengatakan bahwa Abu Thalib itu kafir.
Sebab ini sama dengan mengkafirkan para
shahabat secara langsung.
Tipikal salafi bukan menikam secara langsung
seperti ini, tapi memutar-mutar, lalu
menusuk dari belakang.
Lalu, bagaimana caranya?
Mudah saja.
Yang pertama, jauhkan orang dari Al-Qur'an.
Lalu, giring orang agar sibuk dengan hadits-
hadits,
Lalu, giring orang agar tidak melakukan
cross-check isi hadits dengan Al-Qur'an.
Sampai di sini, perlu dipahami bahwa dalam
agama kita, ada kaidah yang mengatakan
bahwa se-shahih apapun sebuah hadits,
manakala isinya bertentangan dengan Al-
Qur'an, maka kita TIDAK BOLEH
menggunakan hadits tsb sebagai dalil. Atau
kalau kita mau menggunakan hadits tsb,
maka hadits tsb harus dipahami sesuai
dengan apa yang telah digariskan oleh Al-
Qur'an. Karena Al-Qur'an itu mutawatir, baik
sanad-nya maupun matan-nya (isi-nya).
Ini adalah sebuah kaidah yang diketahui oleh
semua ulama, tapi pada realitanya ternyata
tidak dipakai oleh Salafi.
Maka, saat ini, salafi menjadi kelompok yang
sama sekali tidak menggunakan metode
"cross-check" ini. Seakan-akan semua hadits
yang shahih itu harus ditelan, tanpa perlu di-
cross-check dulu terhadap Al-Qur'an.
Maka, itu sebabnya mengapa kajian-kajian
salafi banyak diwarnai dengan kajian hadits,
dan malah cenderung mengabaikan Al-
Qur'an. Dalam kajian salafi, inti utamanya
adalah hadits, dan justru Al-Qur'an-lah yang
kadang-kala dicomot-comot ayatnya untuk
menjelaskan hadits tersebut. Tentu saja, ini
adalah cara yang terbalik. Seharusnya, inti
kajian harusnya Al-Qur'an, dan hadits-hadits
itu digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat
Al-Qur'an yang sedang dibahas itu. Jangan
kebalik.
Nah, mengapa salafi mengabaikan metode
"cross-check" ini?
Karena kalau metode cross-check ini
dilakukan, maka akan ada banyak doktrin-
doktrin salafi yang akan mentok dan ditolak
oleh ummat Islam ini.
Contoh yang paling mudah, apakah Al-Qur'an
menyuruh kita untuk meluruskan pemimpin
yang salah?
Jawabannya adalah ya.
Tapi bagaimana ajaran salafi dalam masalah
ini?
Salafi justru mengatakan agar kita jangan
ikut-ikut dalam masalah politik!
Ini adalah warisan ideologi Bani Umayyah
yang paling jelas, yang digunakan oleh bani
Umayyah untuk melegitimasi kekuasaan Bani
Umayyah yang sebenarnya diperoleh dari hasil
pemberontakan terhadap khalifah Ali, dan
sekarang ideologi ini digunakan oleh Salafi-
Wahabi-Saudi untuk menggiring ummat Islam
agar lupa bahwa kerajaan Wahabi-Saudi
sebenarnya juga merupakan hasil dari sebuah
pemberontakan terhadap khilafah Turki
Utsmani!
Nah, dengan tidak adanya "cross-check isi
hadits" ini, maka sebagian kaum muslimin
akhirnya benar-benar meninggalkan Al-
Qur'an, dan kemudian berpegang pada
doktrin-doktrin salafi, seperti anti-politik,
tidak boleh menggunakan akal dalam
memahami agama, atau menyibukkan diri
dengan masalah ibadah dan melupakan amal-
amal sosial yang justru banyak diangkat di
dalam al-Qur'an
Nah,
setelah salafi berhasil menghapus proses
"cross-check isi hadits" ini, berikutnya salafi
akan menggunakan metode tambahan, yaitu
mengkampanyekan keyakinan bahwa "hadits
ahad itu wajib diterima".
Note: hadits ahad adalah hadits yang hanya
diriwayatkan oleh satu jalur saja.
Silakan lihat realitanya, siapa kelompok yang
paling getol mengkampanyekan bahwa kita
wajib menggunakan hadits ahad?
Jawabannya adalah salafi.
Siapa pula yang paling getol menuduh
kelompok lain sebagai kelompok yang anti
hadits ahad?
Jawabannya juga adalah salafi.
Padahal, yang benar adalah, jangankan hadits
ahad, bahkan hadits yang shohih mutawatir
sekalipun, kalau isinya bertentangan dengan
Al-Qur'an, maka kita tidak boleh
menggunakan hadits tsb.
Inilah metode yang benar, karena sumber
hukum kita yang pertama adalah Al-Qur'an,
baru setelah itu hadits.
Nah, saat ini, salafi memang hanya melihat
hadits itu "dari sisi sanad-nya saja".
Silakan lihat realitanya, memang seperti
itulah salafi.
Maka kalau ada orang yang mempertanyakan
isi sebuah hadits, maka salafi akan langsung
memusuhi orang tersebut dan menuduh
orang tsb sebagai orang yang menolak hadits
yang sanadnya shahih.
Padahal yang dipertanyakan oleh orang tsb
adalah ISInya, dan bukan sanadnya,
tapi memang yang ada di kepala Salafi
hanyalah "sanad".
Lantas kenapa Salafi tidak
mempermasalahkan ISI hadits?
jawabannya adalah, karena mereka sudah
didoktrin untuk tidak melakukan cross-check
terhadap isi hadits.
Sampai di sini, lantas apa hubungannya
dengan kafirnya Abu Thalib?
Gampang, coy ....
Setelah ummat Islam terbiasa untuk tidak
melakukan cross-check hadits, dan sudah
terbiasa untuk menelan isi hadits apa-
adanya, dan sudah terbiasa untuk melihat
hadits hanya dari kekuatan sanadnya saja
(lalu isinya wajib ditelan begitu saja), maka
langkah selanjutnya adalah, buat saja satu
hadits palsu yang seakan-akan sanadnya
shahih yang menyebutkan bahwa "Abu Thalib
menolak islam bahkan ketika dia akan
meninggal".
Gotcha .... berarti Abu Thalib kafir khan ....
Note:
Silakan lihat sejarah hadits-hadits kita,
awal mula munculnya hadits-hadits palsu itu
kapan?
jawabannya adalah pada masa dinasti
Umayyah periode awal, yaitu pada masa
Muawiyah bin Abu Sofyan jadi khalifah.
Memang pada masa itulah hadits2 palsu
diobral.
Nah, dengan adanya hadits yang seakan-akan
shahih ini, secara otomatis dan secara halus,
kita akan digiring untuk meyakini bahwa Abu
Thalib itu kafir, tanpa perlu takut dengan
tuduhan bahwa kita telah mengkafirkan
shahabat Nabi. Padahal sejarah mencatat
bahwa bahwa Abu Thalib itu mati-matian
membela Rasulullah, dari sejak awal sampai
akhir hayatnya. Abu Thalib juga ikut diboikot
manakala Rasulullah diboikot oleh penduduk
Makkah. Abu Thalib juga yang menjadi
bemper ketika Rasulullah diancam di Makkah.
Tapi semua ini, semuanya dihapus oleh
sebuah hadits yang katanya ahad, yang
menyebutkan bahwa Abu Thalib menolak
islam.
Jadi, kalau Syiah itu terang-terangan
mengkafirkan shahabat nabi,
maka salafi sebenarnya juga mengkafirkan
shahabat nabi dari kalangan bani Hasyim,
yang secara otomatis adalah keluarga nabi
juga, tapi dengan cara yang halus.
Caranya, seperti yang telah dijelaskan di
atas.
Halus, tidak terlihat, tapi jelas-jelas
menggiring orang untuk mengkafirkan
keluarga nabi.
Dan ini dibuktikan dengan diributkannya
hadits-hadits yang memojokkan keluarga
nabi. Banyak ulama hadits yang mengatakan
bahwa hadits-hadits tsb rata-rata adalah
hadits yang ahad, yang tentu saja lebih
rentan untuk berasal dari sebuah hadits
palsu.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar